Harga Pertamax Naik! Pemerintah Harus Perhatikan Tiga Hal Ini

wisnu
wisnu
Diperbarui 1 April 2022 15:05 WIB
Jakarta, MI – Peneliti kebijakan publik IDP-LP, Riko Noviantoro menilai, dampak kenaikan harga BBM Pertamax nonsubsidi menjadi Rp12.500-Rp13.000 per-liter perlu diantisipasi. Pasalnya perilaku konsumen akan bergeser menggunakan BBM subsidi. "Kondisi ekonomi yang belum stabil memicu perilaku konsumen BBM berpindah dari pertamax ke pertalite," ujar dia dalam keteranganya yang diterima redaksi, Jumat (1/4). Dia khawatir dengan kenaikan Pertamax ini pemeritah malah terjebak masalah baru, karena perilaku konsumen berpindah membeli BBM subsidi. Akibatnya keuangan negara malah semakin sulit. Baca juga: Tok! Harga Pertamax Naik Rp12.500-Rp13.000 per-Liter   Menyadari itu, sambung Riko perlulah pemerintah menyiapkan skema pengendalian dampak kenaikan BBM. Setidaknya ada tiga hal yang perlu pemerintha perhatikan. "Pertama, cegah kebocoran BBM dan subsidinya. Ini penting agar bisa terukur perubahan konsumsi," ujarnya. Kebocoroan BBM yang dimaksudkan adalah peluang upaya sejumlah pelaku untuk menimbun atau menjual BBM ke luar negeri. Sehingga terjadi kelangkaan di dalam negeri. [caption id="attachment_419080" align="aligncenter" width="200"] Antrean kendaraan saat mengisi BBM di salah satu SPBU (Foto: Dok/Ist) PP[/caption] Untuk pencegahan ini, Riko berharap pemeritnah mengawasi ketat serta melibatkan TNI dan Polri. Karena BBM sebagai bagian dari kebutuhan hajat orang banyak. Perlu perlindungan yang ketat. Kedua, meneuurt Riko tindakan pemerintah adalah mengajak pengguna mobil kelas menengah tidak mengkonsumsi Pertalite. Tetapi tetap mengkonsumsi Pertamax sambil mendorong perilaku hemat BBM. "Langkah ketiga adalah menyiapkan jaringan pengaman sosial. Karena kenaikan BBM non subsidi tetap berdampak secara ekonomi," paparnya. Kenaikan BBM nonsubsidi, Riko menilai tetap memiliki dampak ekonomi makro. Itu artinya masyarakat kelas bawah akan terdampak dari kenaikan harga. Apalagi, lanjut Riko kenaikan BBM non subsidi ini terjadi jelang Ramadhan. Bersamaan pula dengan kenaikan sejumlah barang lainnya. Sehingga semakin mempersulit masyarakat. "Saya berharap pemerintah lebih bijak dan berperilaku sederhana," pungkasnya.