Rupiah Waspadai Lelang Surat Hutang AS

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 28 November 2023 00:46 WIB
Ilustrasi Surat Utang Negara (Foto: Istimewa)
Ilustrasi Surat Utang Negara (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI – Pada penutupan Senin sore (27/11), mata uang rupiah meningkat 71 poin atau 0,46 persen menjadi Rp15.494 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.565 per dolar AS. Namun ada beberapa hal yang harus diwaspadai beberapa waktu kedepan.

Direktur Indosukses Futures Maruli Tua Sinambela mengatakan , pasar mata uang Rupiah akan menghadapi tantangan dari berbagai arah, baik dari faktor internal maupun eksternal. Salah satunya surat hutang AS.

“Hasil lelang surat utang 2 tahun Amerika Serikat dengan tingkat bunga 5.055%, hal ini dapat mempengaruhi suku bunga AS, memperkuat nilai tukar USD, dan memberikan tekanan pada Rupiah,” ungkap Maruli kepada MonitorIndonesia.com, Senin (27/11).

Dia juga mengingatkan soal rilis data penjualan rumah baru di AS  yang menjadi sorotan. Pertumbuhan property di AS naik  sebesar 12.3% secara bulanan, hal ini menunjukkan ketahanan sektor perumahan dan pertumbuhan ekonomi yang positif.

“Dampak positif penjualan rumah di AS  pada nilai tukar USD dapat menciptakan tekanan tambahan pada rupiah,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa sektor konstruksi Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda positif dengan pertumbuhan izin mendirikan bangunan sebesar 1.1% secara bulanan, melampaui ekspektasi pasar. Hal ini dapat menguatkan nilai tukar USD.

Tekanan lain juga datang dari benua Eropa, menurut dia, salah satu data ekonomi yang akan memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai tukar adalah berasal dari Prancis, di mana jumlah pencari kerja melonjak menjadi 2.812.2 ribu.

“ Peningkatan ini dapat menciptakan kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi di wilayah Eurozone” jelas Maruli.

Pria yang aktif di dunia trading ini juga menyebutkan kalau pasar mata uang sedang menunggu pidato pejabat Jerman, Buba Balz, dan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Christine Lagarde.

“ Pidato mereka dapat membawa dampak signifikan pada nilai tukar Euro, yang dapat menciptakan volatilitas dan memengaruhi Rupiah terhadap Euro,” pungkasnya. (Ran)