Ahok: Salah Sedikit Masuk Penjara

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 20 Januari 2024 00:54 WIB
Basuki Tjahaja Purnama (Foto: MI/An)
Basuki Tjahaja Purnama (Foto: MI/An)

Jakarta, MI - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mengungkapkan tantangan berat yang dihadapi dalam bekerja di PT Pertamina (Persero).

Menurutnya, pekerjaan di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti tempatnya bekerja sekarang jarang mendapatkan penghargaan, meskipun kinerjanya baik. Sebaliknya, setiap kesalahan kecil dapat segera menjadi masalah hukum yang harus dihadapi.

"Karena saya bisa mengerti, di BUMN, kadang-kadang di BUMN itu ya kita kerja baik belum tentu (mendapat) terima kasih, betul Bu Dirut (Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati)? Nanti kalau salah sedikit masuk penjara. Jadi, akhirnya semua orang takut-takut," ujar Ahok, Jumat (19/1).

Kendati, Ahok menyatakan bahwa dia tidak merasa takut karena yakin bahwa dia selalu bertindak sesuai dengan kebenaran dan melakukan yang terbaik. Bahkan, dia tidak gentar menghadapi ancaman, termasuk ketika memutuskan untuk mendirikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen (SPBH) pertama di Indonesia.

Menurut Ahok, demi kebaikan dan kepentingan negara, keputusan yang baik harus diambil.

Dia menekankan bahwa keputusan ini merupakan hasil dari kesepakatan dewan komisaris dan direksi, dan mereka tidak melakukan tindakan curang. Ahok menambahkan bahwa jika korupsi bisa dilakukan secara berjamaah, mengapa mereka yang benar-benar berkomitmen untuk kepentingan negara harus takut?

Sementara itu pada Pada Rabu (17/1) kemarin, Pertamina melakukan groundbreaking SPBH pertama di Indonesia, yang terletak di Jelambar, Jakarta Barat. Selain proyek SPBH, Pertamina juga menjalin kerja sama dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) untuk mengembangkan ekosistem hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan di Indonesia.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, menyatakan bahwa fasilitas pengisian bahan bakar hidrogen Pertamina akan siap dalam enam bulan ke depan dan dapat digunakan oleh masyarakat umum. Selain itu, Pertamina memiliki 17 titik sumber hidrogen di seluruh Indonesia untuk membangun SPBH lainnya.

"Ini perlu 6 bulan. Kita sudah tidak sabar pengen beli Mirai (mobil hidrogen pabrikan Toyota), bagus sekali loh. Bukan kurang dari 5 menit, kurang dari 3 menit (pengisian di SPBH) dan itu bisa 780 km. Jadi kalau cuma dari rumah ke kantor itu sebulan tidak ngisi-ngisi," tutur Nicke dalam sambutannya.

Ia merinci beberapa lokasi di Indonesia yang sumber hidrogennya dikuasai Pertamina, antara lain ada 4 di Sumatra, 4 di Jawa, 3 Kalimantan, 1 Nusa Tenggara, hingga 2 titik di Papua.