Isu Merger MTEL dan TBIG Mengemuka, Manajemen Buka Suara


Jakarta, MI - Dua nama besar di industri menara telekomunikasi Tanah Air, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel/MTEL) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dikabarkan tengah menjajaki peluang merger, setelah rencana serupa gagal terealisasi pada 2015.
Menurut sumber yang mengetahui pembicaraan ini, kedua perusahaan telah memulai diskusi tahap awal, bahkan disebut-sebut sedang berkonsultasi dengan calon penasihat keuangan untuk mengkaji lebih dalam potensi sinergi dan dampak bisnis dari aksi korporasi besar ini.
Jika kesepakatan tercapai, merger antara Mitratel dan TBIG berpotensi menciptakan entitas raksasa dengan valuasi hingga Rp90 triliun.
Mitratel dan Tower Bersama merupakan dua pemain utama di industri menara telekomunikasi Indonesia, dan keduanya telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai emiten terbuka.
Dari sisi kapitalisasi pasar, Mitratel saat ini bernilai sekitar Rp45 triliun, sementara Tower Bersama sedikit lebih tinggi di angka Rp45,8 triliun. Namun demikian, performa saham keduanya menunjukkan tren penurunan sejak awal tahun. Saham Mitratel terkoreksi sekitar 17%, sedangkan saham TBIG melemah sekitar 4%.
Kini, Mitratel mengelola lebih dari 39.400 menara di seluruh penjuru Indonesia, menjadikannya operator menara independen terbesar di Asia Tenggara. Sekitar 72% saham perusahaan ini dimiliki oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, yang dikendalikan oleh pemerintah melalui Danantara.
Sementara itu, Tower Bersama mengoperasikan lebih dari 23.000 situs telekomunikasi. Mayoritas sahamnya dikuasai oleh Bersama Digital Infrastructure Asia Pte, sebuah platform investasi milik Provident Capital dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Macquarie Group juga tercatat sebagai pemegang saham minoritas lewat investasinya sekitar USD610 juta pada tahun 2022.
Meski wacana merger ini dinilai punya potensi besar dalam memperkuat dominasi pasar dan efisiensi operasional, semua masih bersifat penjajakan awal.
Tanggapan dari TBIG
Direktur TBIG, Helmy Yusman Santoso, menegaskan bahwa perseroan tidak mengetahui informasi yang beredar terkait rencana merger dengan Mitratel. Ia menekankan bahwa kabar yang beredar bukan berasal dari manajemen TBIG.
"Dan perseroan tidak pernah memberikan konfirmasi atau pernyataan apapun mengenai hal yang diberitakan dalam berita tersebut," jelasnya dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (15/7/2025).
Hingga saat ini, kata dia, pada tingkat perseroan, tidak terdapat penandatanganan perjanjian atau dokumen apapun yang terkait dengan rencana penggabungan usaha sebagaimana diberitakan, yang diketahui atau diakui oleh perusahaan.
"Apabila terdapat aksi korporasi atau rencana penggabungan usaha yang melibatkan perseroan, perseroan akan melakukan keterbukaan informasi secara tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku setelah perseroan menerima informasi tersebut dari pengendali perseroan (jika ada)," tuturnya.
Helmy pun mengimbau agar pemegang saham dan investor publik hanya merujuk pada informasi resmi yang disampaikan langsung oleh perseroan dalam keterbukaan informasi, sebelum mengambil keputusan investasi yang berkaitan dengan TBIG.
"Selain informasi yang sudah disampaikan kepada BEI dan telah diumumkan kepada masyarakat sampai dengan saat ini, tidak ada informasi material lain yang dapat memengaruhi harga saham perseroan yang belum diungkapkan kepada publik," kata Helmy.
Topik:
pt-dayamitra-telekomunikasi-tbk-mitratelmtel pt-tower-bersama-infrastructure-tbk-tbig merger