Kota Mariupol Dibombardir, Pertempuran Jalanan Berkecamuk

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 23 Maret 2022 15:21 WIB
Monitorindonesia.com - Serangan udara Rusia yang intens menghantam kota pelabuhan Mariupol telah membuat kota pelabuhan itu dipenuhi abu, sementara pertempuran jalanan berkecamuk sehari setelah Ukraina menolak permintaan untuk menyerah, kata para pejabat Ukraina. Dewan kota menyatakan pemboman itu telah mengubah Mariupol menjadi "abu tanah mati". Sedangkan kantor berita Rusia RIA menyatakan bahwa pasukan Rusia dan unit separatis yang didukung negara itu telah menguasai sekitar setengah dari kota mengutip seorang pemimpin separatis. Gubernur wilayah Donetsk, Pavlo Kyrylenko mengatakan bahwa pertempuran jalanan terjadi di sana dan warga sipil serta tentara Ukraina diserang oleh Rusia. Pada hari ke-27 perang di Ukraina, penderitaan warga sipil di Mariupol yang berpenduduk 400.000 orang menjadi semakin parah. Ratusan ribu orang diyakini terperangkap di dalam gedung tanpa akses ke makanan, air, listrik, atau panas. "Tidak ada yang tersisa di sana," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dalam pidato video di parlemen Italia. Wakil Walikota Sergei Orlov mengatakan kepada CNN bahwa kota itu berada di bawah blokade penuh dan tidak menerima bantuan kemanusiaan. "Kota ini dibom terus menerus, dari 50 bom menjadi 100 bom yang dijatuhkan pesawat Rusia setiap hari Banyak kematian, banyak tangisan, banyak kejahatan perang yang mengerikan," kata Orlov seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (23/3). Mariupol telah menjadi fokus perang yang meletus pada 24 Februari ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukannya melintasi perbatasan. Dia menyebutnya sebagai "operasi militer khusus" untuk mendemilitarisasi Ukraina dan menggantikan kepemimpinannya yang pro-Barat. Mariupol terletak di pinggir Laut Azov dan penguasaannya akan memungkinkan Rusia masuk ke daerah-daerah di timur yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia dengan semenanjung Krimea. Wilayah itu dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014. Setelah gagal merebut ibu kota Kyiv atau kota besar lainnya dengan serangan cepat, pasukan Rusia melancarkan perang yang telah membuat beberapa daerah perkotaan menjadi puing-puing dan memakan korban sipil yang besar.