Rusia Rekrut Pasukan Khusus Afghanistan Yang Lari Ke Iran Untuk Berperang di Ukraina

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 1 November 2022 07:54 WIB
Jakarta, MI - Para anggota pasukan khusus Afghanistan yang bertempur bersama pasukan Amerika Serikat dan kemudian lari ke Iran setelah penarikan pasukan AS yang kacau tahun lalu, sekarang direkrut oleh Rusia untuk berperang di Ukraina, menurut tiga mantan jenderal Afghanistan mengatakan kepada Associated Press. Mereka mengatakan Rusia ingin menarik ribuan mantan pasukan komando elite Afghanistan ke dalam kelompok "legiun asing" dengan tawaran pembayaran tetap US$1.500 per bulan. Selain itu mereka juga dijanjikan tempat berlindung yang aman bagi diri mereka dan keluarga dan terhindar dari deportasi pulang ke tempat yang banyak dikuasai kelompok Taliban. “Mereka tidak ingin pergi berperang, tetapi mereka tidak punya pilihan,” kata salah satu jenderal, Abdul Raof Arghandiwal seperti dikutip TheGuardian.com, Selasa (1/11). Dia menambahkan bahwa belasan anggota pasukan itu mengaku takut untuk dideportasi. "Mereka bertanya kepada saya soal apa yang harus kita lakukan. Jika kami kembali ke Afghanistan, Taliban akan membunuh kami," ujarnya. Arghandiwal mengatakan perekrutan itu dipimpin oleh pasukan bayaran Rusia Wagner Group. Jenderal lain, Hibatullah Alizai, panglima tentara Afghanistan terakhir sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan, mengatakan upaya itu juga dibantu oleh mantan komandan pasukan khusus Afghanistan yang tinggal di Rusia. Perekrutan Rusia mengikuti peringatan berbulan-bulan dari tentara AS yang bertempur dengan pasukan khusus Afghanistan bahwa Taliban berniat membunuh mereka. Disebutkan mereka mungkin bergabung dengan musuh AS untuk tetap hidup atau karena marah dengan mantan sekutu mereka. “Kami tidak mengeluarkan orang-orang ini seperti yang kami janjikan, dan sekarang mereka pulang untuk bertengger,” kata Michael Mulroy, pensiunan perwira CIA yang bertugas di Afghanistan. Dia menambahkan bahwa pasukan komando Afghanistan adalah pejuang yang sangat terampil dan ganas. Perekrutan itu dilakukan ketika pasukan Rusia kewalahan menghadapi kekuatan militer Ukraina dan presiden Rusia, Vladimir Putin melakukan upaya mobilisasi yang gagal. Mobilisasi itu membuat hampir 200.000 orang Rusia melarikan diri dari negara itu karena takut didtugaskan. Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar. Seorang juru bicara Yevgeny Prigozhin, yang baru-baru ini mengakui sebagai pendiri Grup Wagner, menolak gagasan untuk merekrut mantan tentara Afghanistan. Departemen pertahanan AS juga tidak menjawab permintaan komentar, tetapi seorang pejabat senior menyarankan perekrutan itu tidak mengejutkan mengingat Wagner telah mencoba untuk mendaftarkan tentara di beberapa negara lain. Tidak jelas berapa banyak anggota pasukan khusus Afghanistan yang melarikan diri ke Iran yang telah didekati oleh Rusia. Akan tetapi satu orang mengatakan kepada AP bahwa dia berkomunikasi melalui layanan obrolan WhatsApp dengan sekitar 400 pasukan komando lainnya yang sedang mempertimbangkan tawaran itu. Komando itu mengatakan tawarannya termasuk visa Rusia untuk dirinya sendiri serta tiga anak dan istrinya yang masih di Afghanistan. Sedangkan yang lain telah ditawari perpanjangan visa mereka di Iran.