NATO Sebut Ledakan Rudal di Polandia Kemungkian Kecelakaan, Ukraina Salahkan Rusia 

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 17 November 2022 08:02 WIB
Jakarta, MI - Para pemimpin Barat bergerak untuk menenangkan ketakutan akan eskalasi berbahaya dalam perang Rusia di Ukraina dengan mengatakan ledakan rudal di Polandia kemungkinan merupakan kecelakaan, sementara Kyiv menolak dengan keras tudingan bahwa serangan itu berasal dari tembakan anti-pesawatnya. Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuding Rusia sebagai pihak yang bersalah, tetapi Amerika Serikat dan NATO dengan tegas mendukung penilaian Warsawa bahwa rudal mematikan itu mungkin ditembakkan oleh Ukraina. Sebanyak dua orang tewas pada hari Selasa ketika setidaknya satu rudal menghantam sebuah desa di negara anggota NATO Polandia dekat perbatasan Ukraina. Insiden itu terjadi saat pemboman massal Rusia menghantam infrastruktur sipil di dalam wilayah Ukraina. Baik Warsawa maupun NATO mengatakan ledakan di desa Przewodow kemungkinan besar disebabkan oleh rudal pertahanan udara Ukraina yang diluncurkan untuk mencegat serangan Rusia. Aakan tetapi Moskow pada akhirnya harus disalahkan karena memulai konflik. Gedung Putih mengatakan "tidak melihat apa pun yang bertentangan" dengan penilaian awal soal Polandia, sedangkan pihak yang paling bertanggung jawab atas insiden tragis ini adalah Rusia. Namun Presiden Zelenskyy mengatakan Kyiv tidak melihat bukti bahwa rudal itu milik Ukraina dan meminta pihaknya diikutkan untuk menjadi bagian dari penyelidikan dan meminta akses ke lokasi ledakan serta "semua data" pada proyektil tersebut. “Saya yakin ini bukan rudal kami. Saya yakin ini adalah rudal Rusia berdasarkan laporan militer kami," katanya sepereti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (17/11). Kekhawatiran segera muncul setelah insiden itu berpotensi memicu eskalasi baru yang besar dalam konflik Ukraina. Akan tetapi , tetapi Presiden Andrzej Duda mengumumkan kesimpulan Polandia bahwa proyektil tersebut kemungkinan besar berasal dari pertahanan udara Ukraina sendiri. Duda mengatakan kemungkinan besar rudal era Soviet diluncurkan oleh Ukraina dalam apa yang disebutnya sebagai "kecelakaan yang tidak menguntungkan", tetapi kesalahan terletak pada Rusia karena memicu serangannya terhadap Ukraina. Kepala NATO Jens Stoltenberg dan para diplomat Uni Eropa yang bertemu di Brussel memuji Warsawa, salah satu teman terdekat Ukraina dan musuh Rusia, atas tanggapannya yang terukur. Setelah pembicaraan soal krisis di Brussel, Stoltenberg mengatakan penyelidikan yang sedang berlangsung diperkirakan akan menemukan "bahwa insiden itu kemungkinan disebabkan oleh rudal pertahanan udara Ukraina yang ditembakkan untuk mempertahankan wilayah Ukraina dari serangan rudal jelajah Rusia". "Tapi izinkan saya menjelaskan, ini bukan kesalahan Ukraina," lanjutnya. Rusia memikul tanggung jawab utama karena melanjutkan perang ilegal melawan Ukraina, katanya. Stoltenberg mengatakan NATO telah meningkatkan pertahanannya di sepanjang sisi timurnya sebagai tanggapan atas perang di Ukraina dan menyangkal bahwa pertahanan udara aliansi itu telah gagal. Pimpinan NATO itu mengatakan Polandia tidak meminta Pasal 4 dari perjanjian aliansi Barat, yang akan mewajibkan anggota untuk membahas apakah "integritas teritorial, kemerdekaan politik atau keamanan salah satu Pihak terancam". Sementara itu, anggota NATO yang paling kuat, Amerika Serikat, memiliki ratusan tentara di Polandia dan memimpin Barat dalam memasok senjata untuk mendukung pemerintahan Zelensky di Kyiv. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan para ahli Amerika "di lapangan" mendukung penyelidikan soal rudal di Polandia. Sedangkan Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan: "Foto-foto reruntuhan ... secara tegas diidentifikasi oleh para pakar militer Rusia sebagai pecahan peluru kendali anti-pesawat dari sistem pertahanan udara S-300 Ukraina" Dia bersikeras bahwa serangannya sendiri dilakukan pada sasaran hanya di wilayah Ukraina dan pada jarak tidak lebih dekat dari 35 km dari perbatasan Ukraina-Polandia". Ledakan itu mengguncang desa Przewodow di Polandia timur pada pukul 14.40 GMT hari Selasa. "Saya takut. Saya tidak tidur semalaman," kata Anna Magus, seorang guru berusia 60 tahun di sekolah dasar setempat mengomentari ledakan tersebut.