Mantan Presiden China Jiang Zemin Wafat dalam Usia 96 Tahun, Ini Profilnya

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 30 November 2022 16:32 WIB
Jakarta, MI - Mantan pemimpin China Jiang Zemin, yang memimpin negara melalui era transformasi dari akhir 1980-an dan memasuki milenium baru, dilaporkan meninggal dunia pada hari ini dalam usia 96 tahun, menurut kantor berita negara Xinhua. Jiang mengambil alih kekuasaan setelah penumpasan Lapangan Tiananmen dan memimpin negara terpadat di dunia itu untuk bangkit menjadi salah satu negara terkuat di dunia. "Jiang Zemin meninggal dunia karena leukemia dan kegagalan banyak organ di Shanghai pada pukul 12:13 siang tanggal 30 November 2022 dalam usia 96 tahun pada hari Rabu," lapor Xinhua seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (30/11). Ketika Jiang menggantikan Deng Xiaoping sebagai pemimpin pada tahun 1989, China masih dalam tahap awal modernisasi ekonomi. Jiang adalah presiden dari tahun 1993 hingga 2003. Pada saat dia pensiun sebagai presiden, China adalah anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Beijing juga berhasil menyelenggarakan Olimpiade 2008 dan kini negara itu sedang menuju status negara adidaya. Analis mengatakan Jiang dan faksi "Gang Shanghai" terus memberikan pengaruh atas politik komunis lama setelah dia meninggalkan jabatan puncak. Dia meninggalkan seorang istri Wang Yeping dan dua putra. Menurut Wikipedia, Jiang Zemin lahir di Yangzhou, Jiangsu pada 17 Agustus 1926 dan menjadi pemimpin generasi ketiga di Republik Rakyat China setelah Mao Zedong dan Deng Xiaoping. Dia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok sejak 1989 sampai dengan 2002. Dia jadi Presiden China ke-5 sejak 1993 sampai dengan 2003 dan sebagai Ketua Komisi Militer Pusat dari tahun 1989 sampai dengan 2004. Jiang Zemin menggantikan Zhao Ziyang pada 1989 sebagai Sekretaris Jenderal, jabatan tertinggi di Partai Komunis China. Dengan memudarnya pengaruh dari Deng Xiaoping Jiang efektif menjadi "pemimpin tertinggi" pada era 1990-an. Di bawah kepemimpinannya, China mengalami reformasi pertumbuhan dan perkembangan substansial, menerima kembali Hong Kong dari Inggris dan Makau dari Portugal secara damai. Jiang memperbaiki hubungan luar negeri dengan mempertahankan kendali ketat Partai Komunis terhadap pemerintahan. Akan tetapi dia dikritik karena terlalu memperhatikan pencitraan di dalam negeri, namun terlalu lunak terhadap Rusia dan Amerika Serikat.