Rayakan Kekalahan Tim Iran dari AS, Seorang Pria Ditembak Mati Aparat Keamanan

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 1 Desember 2022 05:51 WIB
Jakarta, MI - Seorang pria Iran ditembak mati oleh pasukan keamanan setelah tim nasional negara itu kalah dari kesebelasan Amerika Serikat dan tersingkir dari Piala Dunia pada saat demonstrasi anti-pemerintah terjadi di dalam dan di Qatar dan seluruh Iran. Mehran Samak, 27, ditembak mati setelah membunyikan klakson mobilnya di Bandar Anzali, sebuah kota di pantai Laut Kaspia, barat laut Teheran, menurut aktivis hak asasi manusia. Samak menjadi sasaran langsung dan ditembak di bagian kepala oleh pasukan keamanan menyusul kekalahan tim nasional melawan Amerika Serikat”, menurut laporan kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Oslo seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (1/12). Pertandingan sepak bola antara kedua negara yang memutuskan hubungan diplomatik lebih dari 40 tahun lalu itu terjadi dengan latar belakang represi kekerasan di Iran akibat protes yang dipicu oleh kematian dalam tahanan Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun pada September lalu. Pasukan keamanan Iran telah menewaskan sedikitnya 448 orang dalam tindakan keras terhadap aksi protes, termasuk 60 anak di bawah usia 18 tahun dan 29 wanita, menurut IHR. Dalam kejutan yang luar biasa, gelandang internasional Iran Saeid Ezatolahi, yang bermain di pertandingan AS dan berasal dari Bandar Anzali, mengungkapkan bahwa dia mengenal Samak dan memposting foto mereka bersama di tim sepak bola remaja. “Setelah kekalahan pahit tadi malam, berita kematian Anda membakar hati saya,” kata Ezatolahi di Instagram. Dia menggambarkan Samak sebagai rekan satu tim masa kecil. Dia tidak mengomentari keadaan kematian temannya tetapi mengatakan: "Suatu hari topeng akan jatuh, kebenaran akan terungkap. “Ini bukan yang pantas didapatkan oleh kaum muda kita. Ini bukan yang pantas diterima bangsa kita," ujarnya. Banyak orang Iran menolak untuk mendukung tim nasional, dan setelah pertandingan pada Selasa malam, rekaman di media sosial menunjukkan penonton bersorak dan menyalakan kembang api. Pusat Hak Asasi Manusia di Iran (CHRI) yang berbasis di New York juga melaporkan bahwa Samak dibunuh oleh pasukan keamanan saat merayakan kekalahan itu. CHRI menerbitkan video dari pemakaman Samak di Teheran pada hari Rabu di mana para pelayat terdengar meneriakkan "matilah diktator". Teriakan yang ditujukan untuk pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei itu adalah salah satu slogan utama aksi protes. Pada Selasa malam, jurnalis Iran yang diasingkan, Masih Alinejad, memposting video perayaan di Twitter, menulis: “Iran adalah negara di mana orang-orangnya sangat menyukai sepak bola. Sekarang mereka turun ke jalan di kota Sanandaj dan merayakan kekalahan tim sepak bola mereka melawan AS.” Dia juga memposting video kembang api yang ditembakkan di Saqqez, kampung halaman Mahsa Amini. Warga Iran merayakan kekalahan timnya di Marivan, yang merupakan salah satu kota di wilayah berpenduduk Kurdi di Iran barat di mana, pada 21 November, pasukan keamanan menewaskan belasan orang selama 24 jam. Aparat keamanan menembak langsung pengunjuk rasa dan menggunakan senjata berat, kata kelompok hak asasi.