Presiden Iran : Kematian Amini 'Insiden Tragis', Namun 'Kekacauan' Tidak Bisa Diterima

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 29 September 2022 11:51 WIB
Jakarta, MI - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa, kematian seorang wanita muda dalam tahanan telah membuat semua orang berduka di Republik Islam, tetapi juga memperingatkan bahwa tindakan kekerasan dalam aksi protes kematian Amini, tidak akan diterima karena bisa menyebabkan kekacauan. Kematian Amini dua minggu lalu telah memicu aksi prostes anti pemerintahan di seluruh Iran bersama dengan para pengunjuk rasa yang sering menyerukan berakhirnya kekuasaan lembaga ulama Islam itu selama lebih dari empat dekade. "Kita semua sedih karena kejadian tragis ini, namun kekacauan tidak bisa diterima," Raisi mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan TV nasional, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (29/9). "Garis merah pemerintah adalah keamanan rakyat kita. Seseorang tidak dapat membiarkan orang mengganggu kedamaian masyarakat melalui kerusuhan." Presiden Raisi menambahkan. Terlepas dari meningkatnya jumlah korban tewas dan tindakan kekerasan oleh pasukan keamanan yang menggunakan gas air mata, pentungan, dan dalam beberapa kasus, peluru tajam, seperti yang ditunjukkan melalui video di media sosial terlihat warga Iran bertahan dengan protes, menyerukan "kematian bagi diktator" Namun, keruntuhan Republik Islam tampaknya jauh dalam waktu dekat karena para pemimpinnya bertekad untuk tidak menunjukkan jenis kelemahan yang mereka yakini menyegel nasib Shah yang didukung AS pada tahun 1979, kata seorang pejabat senior Iran kepada Reuters. Kemarahan demonstrasi telah menyebar ke lebih dari 80 kota di seluruh negeri sejak kematian Amini yang berusia 22 tahun pada 13 September, setelah dia ditangkap karena "pakaian yang tidak sesuai" oleh polisi moralitas yang menegakkan aturan berpakaian ketat Republik Islam. Amini, yang berasal dari kota Saqez, Kurdi barat laut, meninggal di rumah sakit setelah mengalami koma, memicu perbedaan pendapat yang sangat besar untuk pertama kali di jalan-jalan Iran setelah aksi protes terhadap kenaikan harga bensin pada 2019 yang dibubarkan oleh pihak berwenang. Presiden Raisi telah memerintahkan penyelidikan atas kematian Amini berkata "forensik akan menyajikan laporan kematiannya dalam beberapa hari mendatang". Meskipun Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei belum mengomentari protes tersebut, sebuah badan pengawas garis keras menyerukan kepada peradilan "untuk menangani dengan tegas para pelaku utama dan mereka yang bertanggung jawab untuk membunuh dan melukai orang-orang yang tidak bersalah dan pasukan keamanan." Khamenei menunjuk enam ulama senior dari badan beranggotakan 12 orang itu, yang dikenal sebagai Dewan Wali.