Perang Ukraina vs Rusia Bakal Usai?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 9 November 2022 07:02 WIB
Jakarta, MI - Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Gerashcenko mengungkapkan bahwa Ukraina telah memberikan syarat-syarat damai ke Rusia. Setidaknya ada lima poin yang harus dipatuhi kedua negara. Menurutnya, itu sesuai dengan arahan Presiden Volodymyr Zelensky, Senin (7/11) malam. "According to President @ZelenskyyUa, conditions for peace negotiations with Russia are the following, Restoring territorial integrity, Respecting UN Statute, Paying off all damages caused by war, Punishing each war criminal, Guarantees this won't happen again (Menurut Presiden @ZelenskyyUa, syarat untuk negosiasi damai dengan Rusia adalah sebagai berikut: Memulihkan integritas teritorial, Menghormati Statuta PBB, Melunasi semua kerusakan yang disebabkan oleh perang, Menghukum setiap penjahat perang, Menjamin hal ini tidak akan terjadi lagi)" kata Anton dalam cuitannya di Twitter dikutip Monitor Indonesia, Rabu (9/11). Syarat negosiasi damai juga dikatakan penasihat presiden, Mykhailo Podolyak. Menurutnya Ukraina tidak pernah menolak untuk bernegosiasi asal Rusia menarik seluruh pasukannya dari negara itu. "Can you imagine them at the negotiations table? How that might be possible? (Dapatkah Anda membayangkan mereka di meja negosiasi? Bagaimana itu mungkin?," tanya Anton. Anton menegaskan bahwa, posisi Ukraina hingga sampai saat ini tidak akan berubah. "Ukrainian position remains unchanged. Without you. (Posisi Ukraina tetap tidak berubah. Tanpamu)," tegas Anton. Selanjutnya, tambah Anton, pihaknya akan membicarakan hal ini kepada pimpinan Rusia. "Is Putin ready? "Podolyak wrote questioning Russian ability." Obviously not. Therefore, we are constructive in our assessment: we will talk to the next leader (Russia) " (Jelas tidak. Oleh karena itu, kami konstruktif dalam penilaian kami: kami akan berbicara dengan pemimpin berikutnya (Rusia)," bebernya. Sebelumnya, pejabat Amerika Serikat (AS) dilaporkan secara pribadi telah mendorong pemerintah Ukraina untuk memberi sinyal negosiasi dengan Rusia. Ini bukan untuk mencapai penyelesaian jangka pendek, tetapi sebagai langkah politik untuk mempertahankan dukungan Barat untuk upaya perang. Hal ini dimuat pertama kali oleh media AS Washington Post. Jika Kyiv benar-benar tidak bernegosiasi, tulis media itu, maka fenomena 'kelelahan Ukraina' yang dialami AS dan sekutunya akan makin parah. Sekutu AS semakin khawatir dengan dampak ekonomi dari perang yang berkepanjangan. Sayangnya belum ada komentar resmi dari AS. "Kelelahan Ukraina adalah hal yang nyata bagi beberapa mitra kami," kata seorang pejabat AS kepada Washington Post, dikutip The Guardian. Sementara itu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia "terbuka untuk" negosiasi dengan Ukraina. Tetapi saat ini tidak tepat untuk pembicaraan tersebut. "Kami telah berulang kali mengatakan bahwa pihak Rusia tetap terbuka untuk mencapai tujuannya melalui negosiasi," kata Peskov. "Kami juga berulang kali ... melihat bahwa tidak melihat peluang seperti itu (saat ini). Karena Kyiv berubah menjadi undang-undang (keputusan mereka), untuk tidak melanjutkan negosiasi apa pun." tambahnya. Hal ini diyakini merujuk pada dekrit yang ditandatangani Zelensky awal Oktober. Ini menanggapi klaim Rusia yang menganeksasi empat wilayah Ukraina. Prajurit Rusia Kalah Curhat di Surat Di sisi lain, pasukan Rusia yang menyerang wilayah Ukraina mengakui bahwa mereka mengalami kekalahan besar. Hal ini terungkap dalam sebuah surat yang dikirimkan ke Gubernur wilayah Primorsky Krai, Rusia. Dalam surat itu, pasukan Brigade ke-155 Marinir Armada Pasifik Rusia mengatakan mereka dilemparkan ke dalam pertempuran yang tidak dapat dipahami di wilayah Donetsk, Ukraina timur. Mereka juga mengaku kekalahan, jauh lebih besar dibandingkan yang disampaikan Kremlin. "Sebagai akibat dari serangan yang direncanakan ... oleh para komandan besar, kami kehilangan sekitar 300 orang, tewas dan terluka, dengan beberapa hilang dalam perang selama empat hari terakhir," kata surat itu. "Kami kehilangan 50% peralatan kami. Itu brigade kami sendiri. Komando distrik ... menyembunyikan fakta-fakta ini dan mengubah statistik korban resmi karena takut dimintai pertanggungjawaban," tambahnya. Mereka juga bertanya pada Kozhemyako terkait sampai kapan mereka harus bertugas di wilayah yang cukup berbahaya itu. Menurut mereka perang hanya menguntungkan para jenderal dan pejabat karena memanipulasi data agar terlihat baik dan mendapat penghargaan. "Sekali lagi kami dilemparkan ke dalam pertempuran yang tidak dapat dipahami oleh Jenderal Muradov (pemimpin perang di distrik Timur Rusia) ... sehingga Muradov bisa mendapatkan bonus untuk membuatnya terlihat baik di mata Gerasimov (Jenderal Rusia)," tambah surat itu. "Berapa lama orang biasa-biasa saja ... akan dibiarkan terus merencanakan aksi militer yang hanya untuk 'menjaga penampilan dan mendapatkan penghargaan (para jenderal)' dengan mengorbankan nyawa begitu banyak orang?" lanjut isi surat itu. Sementara itu, keterangan serupa juga didapatkan dari seorang Komandan tempur Brigade ke-155 Marinir Armada Pasifik Rusia yang merekam pernyataan yang dimuat dalam akun Telegram. Ia mengatakan kerugian yang dialami telah dilaporkan kepada kantor kejaksaan militer. "Bagi kami, kehilangan apa pun di antara sesama sebangsa adalah kehilangan dan rasa sakit yang besar. Kami berduka untuk orang mati. Dan kami akan membantu keluarga dan yang terluka," ujarnya. Pasukan Rusia yang diperintahkan maju ke Ukraina oleh Presiden Vladimir Putin Februari lalu sebelumnya memang disebut telah mengalami kekalahan. Ini utamanya di wilayah Lyman dimana pasukan Moskow dipukul mundur oleh militer Kyiv. Ukraina sendiri mendapatkan kekuatan tambahan dari persenjataan yang didapatkan dari negara-negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Salah satu rudal yang diberikan AS, HIMARS, bahkan disebut berhasil membantu Kyiv untuk merebut kembali wilayah di sekitar kota Kherson yang telah dikuasai Rusia. (MI/Aan) #Perang Ukraina vs Rusia Bakal Usai?