Update Gempa Turki-Suriah: Korban Tewas Tembus 7.800 Orang

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 8 Februari 2023 06:52 WIB
Jakarta, MI - Korban tewas akibat gempa bumi dahsyat yang mengguncang Turki dan Suriah melonjak menjadi lebih dari 7.800 orang pada Selasa (7/2). Tim penyelamat berjuang melawan hawa dingin dan berpacu dengan waktu untuk menemukan korban selamat di bawah bangunan yang rata akibat gempa. Tremor yang menimbulkan lebih banyak penderitaan di daerah perbatasan, yang sudah dilanda konflik, membuat orang-orang di jalanan membakar puing-puing untuk mencoba tetap hangat saat bantuan internasional mulai berdatangan. Tetapi beberapa kisah bertahan hidup yang luar biasa telah muncul, termasuk bayi yang baru lahir yang ditarik hidup-hidup dari puing-puing di Suriah, masih terikat tali pusar ke ibunya yang meninggal dalam gempa hari Senin. "Kami mendengar suara saat sedang menggali," kata Khalil al-Suwadi, seorang kerabat. "Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh) jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit." Bayi itu adalah satu-satunya yang selamat dari keluarga terdekatnya, sisanya tewas di kota Jindayris yang dikuasai pemberontak. Gempa berkekuatan 7,8 melanda pada hari Senin ketika orang-orang tidur, meratakan ribuan bangunan, menjebak sejumlah orang yang tidak diketahui dan berpotensi berdampak pada jutaan orang. Seluruh barisan bangunan runtuh, meninggalkan beberapa kerusakan terparah di dekat pusat gempa antara kota Gaziantep dan Kahramanmaras di Turki. Kehancuran tersebut menyebabkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan di 10 provinsi tenggara. Badai musim dingin menambah kesengsaraan dengan membuat banyak jalan - beberapa di antaranya rusak akibat gempa - hampir tidak dapat dilalui, mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang membentang berkilo-kilometer di beberapa daerah. Dinginnya hujan dan salju merupakan risiko baik bagi orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka - yang berlindung di masjid, sekolah atau bahkan halte bus - dan korban selamat yang terkubur di bawah puing-puing. "Sekarang berpacu dengan waktu," kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Kami telah mengaktifkan jaringan tim medis darurat WHO untuk memberikan perawatan kesehatan penting bagi yang terluka dan paling rentan," tambahnya. Dilansir dari Channelnewasasia, Rabu (8/2), korban terbaru menunjukkan 5.894 orang tewas di Turki dan setidaknya 1.932 di Suriah, dengan total gabungan 7.826 kematian. Ada kekhawatiran bahwa jumlah korban akan terus meningkat, dengan pejabat WHO memperkirakan hingga 20.000 orang mungkin telah meninggal. WHO memperingatkan bahwa hingga 23 juta orang dapat terkena dampak gempa besar dan mendesak negara-negara untuk segera memberikan bantuan ke zona bencana. Turki berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia. Gempa berkekuatan magnitudo 7,8 terakhir di negara itu terjadi pada tahun 1939, ketika 33.000 orang meninggal di provinsi Erzincan timur. Wilayah Turki Duzce mengalami gempa berkekuatan 7,4 pada tahun 1999, ketika lebih dari 17.000 orang meninggal. Para ahli telah lama memperingatkan gempa besar dapat menghancurkan Istanbul, megalopolis berpenduduk 16 juta orang yang dipenuhi rumah-rumah reyot.