BRI Salurkan KUR Rp158,6 Triliun dan Dorong UMKM Naik Kelas

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 22 November 2024 14:57 WIB
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah [Foto: Repro]
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah [Foto: Repro]

Jakarta, MI - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat keberhasilan dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga akhir Oktober 2024.

BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp158,60 triliun kepada 3,4 juta debitur di seluruh Indonesia. Selain mendukung pembiayaan, BRI juga aktif mendorong graduasi atau kenaikan kelas pelaku UMKM untuk meningkatkan kapasitas usaha mereka.

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, mengusulkan perubahan skema penyaluran KUR pada tahun depan dibagi menjadi dua, yakni mendorong inklusivitas dan graduasi pelaku UMKM. Skema berbeda penting untuk dijalankan mengingat adanya perbedaan kualifikasi penerima kredit bersubsidi dari pemerintah.

"KUR harus mulai berbeda skemanya. Menurut saya ada dua skema, yakni dalam rangka inklusi dan dalam rangka menyiapkan graduasi atau pregraduasi," jelas Supari dalam keterangan resminya, Jumat (22/11/2024).

Berdasarkan pengalaman BRI dalam penyaluran KUR, Supari mengungkapkan bahwa plafon KUR Mikro yang saat ini ditetapkan maksimal sebesar Rp100 juta sering kali tidak terserap sepenuhnya oleh debitur. Sebagian besar peminjam KUR Mikro cenderung mengambil pinjaman di kisaran Rp30 juta hingga Rp40 juta.

"Kalau dalam kerangka inklusi, agar yang mengakses semakin banyak, plafonnya sampai Rp 50 juta saja. Selebihnya seperti apa? Kita siapkan KUR untuk pre-graduasi," ungkapnya.

Selain itu, kriteria pelaku UMKM yang berada dalam fase pre-graduasi (menuju naik kelas) dapat diidentifikasi melalui kelancaran kredit. Apabila pelaku UMKM mampu mengakses pinjaman hingga Rp70 juta dan konsisten menjaga kelancaran pembayaran selama empat siklus pinjaman, pelaku usaha tersebut dinilai layak untuk naik kelas.

"Kalau KUR plafon di bawah Rp 50 juta itu bisa mengakses sampai dengan Rp 70 juta dan stay selama 3-4 siklus, dia sudah siap ke kredit komersial," tuturnya.

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan BRI bersama BRIN, penyaluran KUR terbukti memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan efisiensi usaha. Rata-rata pendapatan debitur KUR meningkat sebesar 32%-50%, sementara keuntungan usaha naik sekitar 34%-38%.

Namun, debitur KUR juga menghadapi peningkatan pengeluaran, terutama melalui angsuran KUR dan biaya teknis lainnya. Di sisi lain, peningkatan keterampilan teknis dapat membantu menekan biaya operasional, sehingga mendorong efisiensi usaha.

Selain itu, pelaku usaha yang memperoleh KUR memiliki keunggulan dalam hal penyerapan tenaga kerja. Data menunjukkan bahwa pelaku usaha debitur KUR mempekerjakan tenaga kerja 28% lebih banyak dibandingkan dengan non-debitur KUR.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Ferry Irawan, mengungkapkan bahwa pemerintah tengah merancang skema pembiayaan KUR untuk mendukung sejumlah program prioritas yang menjadi fokus Presiden Prabowo Subianto.

Dalam beberapa rapat dan sidang kabinet, pemerintah telah menyetujui akan memanfaatkan KUR untuk mengakomodasi berbagai program prioritas, seperti ketahanan pangan, Makan Bergizi Gratis, hingga sektor perumahan.

"Sehingga, harapannya program KUR juga dapat membantu program prioritas tersebut," imbuhnya.

Menurut Ferry, sekitar 30% dari total penyaluran KUR secara historis dimanfaatkan untuk sektor pertanian, dalam program ketahanan pangan, KUR dapat digunakan untuk fitur-fitur reguler yang ada di KUR Mikro maupun KUR Kecil.

KUR juga disiapkan untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), KUR Mikro dan KUR Kecil dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan pelaku usaha di sektor penyediaan akomodasi makanan dan minuman (katering). Selain itu, KUR juga dapat memberikan dukungan kepada petani, peternak, dan nelayan sebagai kontributor utama bahan baku makanan dalam program itu.

Topik:

bri kur umkm penyaluran-kur