AS jadi Penyumbang Surplus Dagang RI, Disusul India dan Filipina


Jakarta, MI - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) menjadi kontributor utama surplus neraca perdagangan barang Indonesia untuk periode Januari-Maret 2025.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan bahwa perdagangan RI dengan AS tercatat surplus sebesar US$4,32 miliar pada periode tersebut, yang menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan surplus sebesar US$3,61 miliar pada Januari-Maret 2024.
Selain Amerika Serikat, India dan Filipina juga tercatat sebagai negara penyumbang surplus neraca perdagangan RI pada periode Januari hingga Maret 2025.
"India menyumbang US$3,05 miliar dan Filipina menyumbang US$2,20 miliar," ujar Amalia dalam konferensi pers pada Senin (21/4/2025).
Ia mengungkapkan surplus AS ditopang sektor nonmigas. Komoditas penyumbang surplus terbesar adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) senilai US$1.041 juta, alas kaki (HS 64) senilai US$646,7 juta, serta pakaian dan aksesorisnya (HS 61) senilai US$628 ,9 juta.
Amalia menjelaskan bahwa nilai perdagangan AS dan RI cenderung meningkat sejak 2015 hingga Maret 2025 terutama di sektor nonmigas. "Surplus neraca dagang total tertinggi dengan AS terjadi pada 2022 sebesar US$16,57 miliar," ungkapnya.
Indonesia tengah dihadapkan kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen oleh Presiden AS Donald Trump. Tim delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick.
Negosiasi itu berlangsung ketika Trump menunda implementasi tarif resiprokal selama 90 hari, sejak 9 April 2025.
Salah satu poin negosiasi yang ditawarkan RI adalah upaya menyeimbangkan neraca dagang AS yang defisit. Ini ditempuh melalui impor energi mencakup crude oil, LPG, dan gasoline serta tambahan impor produk pertanian yang meliputi kedelai hingga gandum.
Di sisi lain, Airlangga menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menjalin kerja sama di sektor mineral kritis. Selain itu, Indonesia juga berjanji akan menuntaskan berbagai isu hambatan non-tarif (non-tariff barriers/NTBs) yang selama ini menjadi keluhan pelaku usaha asal Amerika Serikat.
Menteri Perdagangan AS, Lutnick, disebut telah menyetujui target negosiasi yang ditetapkan untuk diselesaikan dalam waktu 60 hari ke depan. Bahkan, pejabat di bawah pemerintahan Trump tersebut menyarankan agar Airlangga segera menyusun jadwal pembahasan teknis.
Selanjutnya, delegasi RI akan melanjutkan diskusi bersama tim dari Department of Commerce (DoC) alias Kementerian Perdagangan serta United States Trade Representative (USTR) atau Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat.
Topik:
neraca-dagang surplus-neraca-dagang bps