Harga CPO Turun 6 Sesi Berturut-turut, Tersungkur ke Titik Terendah dalam 7 Bulan

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 21 April 2025 19:17 WIB
Kelapa Sawit (Foto: Dok MI)
Kelapa Sawit (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Harga minyak sawit mentah (CPO) tercatat mengalami penurunan selama enam sesi berturut-turut, hingga mencapai level terendah dalam tujuh bulan terakhir. 

Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan lonjakan produksi, seiring dengan kembalinya aktivitas di perkebunan pascalibur panjang.

Data pasar menunjukkan, kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia Derivatives jatuh 1,79 persen, menembus angka MYR 3.904 per ton pada Senin (21/4/2025). 

Berdasarkan data dari Trading Economics, pelaku pasar juga bersikap hati-hati, menantikan tekanan tambahan ketika masa penangguhan tarif selama 90 hari oleh Amerika Serikat (AS) berakhir. 

Di pasar terkait, harga minyak mentah turun lebih dari 1,5 persen akibat kemajuan dalam perundingan nuklir antara AS dan Iran.

Namun, penurunan harga CPO sedikit tertahan oleh data dari Intertek Testing Services yang menunjukkan ekspor minyak sawit Malaysia selama 1–20 April naik 11,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Di India, yang merupakan importir minyak sawit terbesar di dunia, volume impor pada Maret tercatat melonjak hampir 14 persen. Permintaan diproyeksikan akan terus meningkat, seiring dengan menipisnya cadangan dalam negeri dan kebutuhan konsumsi yang biasanya naik menjelang musim perayaan.

Sementara itu, meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China turut menjadi perhatian pasar. Kondisi ini bisa mendorong China untuk mengurangi ketergantungan pada impor kedelai asal AS, yang berpotensi mendukung permintaan minyak sawit sebagai alternatif.

Proyeksi Harga CPO Sepekan

Untuk pekan ini, harga minyak sawit mentah (CPO) diperkirakan masih bergerak dalam tren melemah, seiring kombinasi tekanan dari meningkatnya produksi dan sentimen pasar yang belum pulih.

Analis David Ng memperkirakan harga CPO akan bergerak dalam rentang MYR3.900 hingga MYR4.100 per ton, mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar di tengah ekspektasi peningkatan suplai.

Sementara itu, trader senior dari Interband Group of Companies, Jim Teh, menyebut pasar CPO tengah mengalami koreksi teknikal dan diperkirakan berada dalam kisaran MYR3.800 hingga MYR4.000 per ton.

“Stok melimpah di Malaysia dan Indonesia. Cuaca yang mendukung membuat produksi pada April di kedua negara diperkirakan baik. Pembelian fisik akan datang dari China, India, Pakistan, Timur Tengah, dan Uni Eropa,” ujarnya.

Kepala riset komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, memperkirakan harga CPO bergerak dalam kisaran MYR3.850 hingga MYR4.200 per ton. 

Fokus pasar akan tertuju pada laju produksi di Malaysia serta kejelasan mandat renewable volume obligations (RVOs) AS untuk 2025 dan 2026.

Ia juga menambahkan bahwa data produksi minyak sawit untuk periode 1–20 April yang dirilis oleh Southern Peninsular Palm Oil Millers' Association (SPPOMA) dan Malaysian Palm Oil Association akan menjadi fokus utama pasar.

Menurut estimasi SPPOMA untuk periode 1–15 April, produksi tercatat naik 3,97 persen dan pasar memperkirakan pertumbuhan produksi minyak sawit sepanjang April mencapai dua digit secara bulanan.

Anilkumar juga mencatat adanya ekspektasi bahwa Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) akan menaikkan mandat RVO (Renewable Volume Obligation) untuk tahun 2025 menjadi 5,25 miliar galon, lebih tinggi dibandingkan dengan 3,35 miliar galon pada tahun 2024. 

Kenaikan mandat ini diperkirakan akan mendorong harga minyak kedelai naik, sekaligus memperkuat sentimen positif di pasar, mengingat rendahnya stok minyak kedelai di AS. 

“Mandat biodiesel di Brasil yang saat ini berada di level 14 persen juga kemungkinan naik menjadi 15 persen,” jelasnya.

Topik:

sawit minyak-sawit cpo harga-cpo