Israel Sempat Jebloskan Ismail Haniyeh ke Penjara, Kini Hamas Bersumpah Balas atas Kematiannya

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 31 Juli 2024 2 jam yang lalu
Israel memenjarakan Ismail Haniyeh pada tahun 1989 selama tiga tahun. Setelah itu dia diasingkan ke Marj al-Zuhur – tanah tak bertuan antara Israel dan Lebanon – bersama sejumlah pemimpin Hamas, di mana ia menghabiskan setahun penuh hidup dalam kondisi genting pada tahun 1992.
Israel memenjarakan Ismail Haniyeh pada tahun 1989 selama tiga tahun. Setelah itu dia diasingkan ke Marj al-Zuhur – tanah tak bertuan antara Israel dan Lebanon – bersama sejumlah pemimpin Hamas, di mana ia menghabiskan setahun penuh hidup dalam kondisi genting pada tahun 1992.

Teheran, MI - Hamas bersumpah akan membalas Israel atas kematian pemimpin mereka, Ismail Haniyeh, dalam serangan di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024).

"Bersumpah untuk membalas dendam atas kesyahidan kepala biro politik gerakan Perlawanan Palestina, Ismail Haniyeh," kata Mousa Abu Marzook, anggota Biro Politik Hamas, melansir media Iran Mehr News.

Pejabat Hamas ini menekankan bahwa pembunuhan pengecut terhadap Haniyeh tidak akan luput dari pembalasan. 

Ismail Haniyeh dan seorang pengawalnya tewas setelah kediaman mereka menjadi sasaran serangan bom di Teheran, demikian sebuah pernyataan yang dikeluarkan IRGC.

"Dengan belasungkawa kepada bangsa Palestina yang heroik dan bangsa Islam serta para pejuang Front Perlawanan dan bangsa Iran yang mulia, pagi ini (Rabu) kediaman Bapak Dr Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, dihantam di Teheran, dan setelah insiden ini, ia dan salah satu pengawalnya gugur sebagai syuhada," demikian pernyataan tersebut.

Penyelidikan lebih lanjut mengenai insiden tersebut sedang dilakukan.

Adapun pembunuhan Ismail Haniyeh dilakukan dengan rudal berpemandu yang menargetkan kediaman pribadinya di Teheran, kata sumber dari media Saudi, Al Hadath.

Media tersebut melaporkan rudal itu menghantam kediaman Haniyeh sekitar pukul 02:00 waktu setempat – sebagaimana yang juga disebutkan oleh media pemerintah Iran.

Media Fars, yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran, menyebut Haniyeh ditempatkan di sebuah kediaman untuk para veteran di bagian utara Teheran, dan bahwa ia terbunuh oleh "proyektil dari udara".

Pembunuhan Ismail Haniyeh telah membawa kawasan itu lebih dekat ke perang terbuka, kata Nader Hashemi, seorang profesor Studi Timur Tengah di Universitas Georgetown. "Ini adalah perkembangan besar," ujarnya.

"Saya pikir ini juga berdampak pada peristiwa di Lebanon karena hanya beberapa jam sebelumnya Israel mencoba membunuh seorang pemimpin senior Hizbullah di Beirut selatan dan asumsi yang berlaku adalah bahwa Iran dan Hizbullah tidak tertarik pada eskalasi."

Namun pembunuhan Haniyeh telah mengubah perhitungan tersebut. "Sekarang Iran memiliki banyak insentif untuk mencoba dan meningkatkan konflik ini," katanya.

Israel mengklaim telah menewaskan komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr, dalam serangan yang dilancarkan di bagian selatan Beirut, ibu kota Lebanon, negara tetangga di utara Israel.

Setidaknya satu orang tewas dan sejumlah lainnya luka-luka dalam ledakan di Dahiyeh, yang dikuasai kelompok bersenjata itu.

Militer Israel mengatakan Fuad Shukr menjadi sasaran utama dalam “pengeliminasian berbasis intelijen” yang dilancarkan jet tempur mereka.

Shukr dilaporkan bertanggung jawab atas serangan roket di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel pada Sabtu (27/7). Serangan itu menewaskan 12 orang yang kebanyakan merupakan anak-anak. Di sisi lain, Hizbullah menyanggah keterlibatan mereka dalam serbuan itu.

Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengutuk “agresi Israel yang terangan-terangan” dan menyebutnya sebagai “tindakan kriminal” dalam “rangkaian operasi agresif yang menewaskan warga sipil yang jelas-jelas melanggar hukum internasional”.

Dalam unggahan singkat di media sosial setelah serangan tersebut, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa “Hizbullah melanggar batas”.

Terlepas dari klaim Israel, masih belum jelas apakah Fuad Shukr tewas dalam serangan mereka. Sumber-sumber keamanan di Beirut mengklaim target serangan tidak berada dalam gedung yang menjadi sasaran.

Sementara Hizbullah belum mengeluarkan pernyataan atas serangan tersebut.

Tentang Ismail Haniyeh
Ismail Abdel Salam Haniyeh, yang akrab dipanggil Abu Al-Abd, lahir di kampung pengungsi Palestina. Dia adalah kepala biro politik gerakan Hamas dan pernah menjabat perdana menteri pemerintahan ke-10 Otorita Palestina.

Israel memenjarakan Haniyeh pada tahun 1989 selama tiga tahun. Setelah itu dia diasingkan ke Marj al-Zuhur – tanah tak bertuan antara Israel dan Lebanon – bersama sejumlah pemimpin Hamas, di mana ia menghabiskan setahun penuh hidup dalam kondisi genting pada tahun 1992.

Setelah masa pengasingan, Haniyeh kembali ke Gaza. Pada tahun 1997 dia diangkat menjadi kepala kantor Sheikh Ahmed Yassin, pemimpin spiritual gerakan Hamas, yang memperkuat posisinya.

Pada 16 Februari 2006, Hamas mencalonkannya sebagai perdana menteri Otorita Palestina, dan dia diangkat untuk duduk pada posisi itu empat hari setelahnya.

Satu tahun kemudian, Haniyeh diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden Otoritas Nasional Palestina, Mahmoud Abbas. Pencopotan ini terjadi usai Brigade Izz al-Din al-Qassam menguasai Jalur Gaza, mengusir perwakilan gerakan Fatah pimpinan Abbas dalam kekerasan berdurasi satu pekan yang memakan banyak korban jiwa.

Haniyeh menolak dipecat dan menyebutnya sebagai upaya inkonstitusional. Dia berkata, “pemerintahannya akan melanjutkan tugasnya dan tidak mengabaikan tanggung jawab nasionalnya terhadap rakyat Palestina."

Haniyeh telah beberapa kali menyerukan rekonsiliasi dengan gerakan Fatah. Pada 6 Mei 2017, dia terpilih sebagai kepala Biro Politik Hamas.