Dugaan Aktivitas Seksual Ekstrem, Kriminolog Dorong Polisi Ekshumasi Jenazah Diplomat Arya

Adrian Calvin
Adrian Calvin
Diperbarui 13 Juli 2025 14:50 WIB
Diplomat muda Kementerian Luar Negeri RI, Arya Daru Pangayunan (39) sebelum tewas di dalam kamar kostnya (Foto: Dok MI)
Diplomat muda Kementerian Luar Negeri RI, Arya Daru Pangayunan (39) sebelum tewas di dalam kamar kostnya (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Kriminolog hingga pakar hukum pidana mendorong kepolisian agar melakukan ekhumasi terhadap jenazah diplomat muda Kementerian Luar Negeri RI, Arya Daru Pangayunan (39) untuk mengetahui sebab kematiannya yang kini masih misteri.

"Perlu korban diekshumasi lagi untuk memastikan korban meninggal karena apa? Adakah luka dalam atau diracun? Adakah kekerasan fisik maupun serangan seksual?," kata kriminolog dari Universitas Bung Karno (UBK) Kurnia Zakaria saat berbincang dengan Monitorindonesia.com, Minggu (13/7/2025).

Pakar hukum pidana dari Universitas Borobudur (Unbor) Hudi Yusuf sepakat dengan itu. Hanya saja dia menyinggung soal intisari ilmu forensik untuk mengetahui kenapa terjadi tindak pidana, bagaimana terjadinya tindak pidana, dan bagaimana agar tindak pidana tidak terjadi lagi. 

"Dalam kasus Arya penyidik harus mampu mengungkap terkait kenapa tindak pidana terjadi tentu banyak variable yang harus ditelusuri oleh kepolisian untuk mengetahui motif pembunuhan setelah itu bagaimana proses terjadinya tindak pidana," ucap Hudi saat ditemui di kawasan Jakarta Timur, Minggu (13/7/2025).

Hudi Yusuf
Hudi Yusuf (Foto: Dok MI)

Untuk hal yang berikutnya, tambah Hudi, tentu publik harus menunggu hasil autopsi terkait mengetahui penyebab dan bagaimana kematian itu terjadi. Menurutnya, diplomat adalah aset negara tentu negara mengalami kerugian tidak sedikit dengan kematian Arya.

"Karena menjadi diplomat itu tidak mudah harus mengikuti syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh karena itu seyogyanya yang terpenting adalah bagaimana agar peristiwa itu tidak terjadi lagi," beber Hudi yang juga dosen hukum kesehatan dan sengketa medik di UBK.

Apakah dibunuh?

Kurnia menyatakan "dugaan saya kalau dibunuh oleh siapa kalau bukan orang dalam atau orang dekat...? Apakah ada rekaman CCTV atau dugaan ada orang yang bertemu korban selain penjaga yang terekam dini hari lewat depan kamar korban."

Bila dibunuh, dugaan Kurnia adalah pembunuhnya mempunyai dendam atau benci sekali karena dikecewakan atau akibat perbuatan korban terhadap pelaku.

Kurnia Zakaria
Kurnia Zakaria (Foto: Dok MI)

Pelaku mungkin teman dekat intim atau mafia tppo antar Negara? Rapi karena jendela dan pintu terkunci, kamar tidak berantakan. Memang pastinya keluarga tidak akan terima korban 'bunuh diri' lebih ikhlas korban dibunuh. 

"Kenapa korban mau akhir bulan tugas ke Filandia tidak berkumpul bersama anak dan istrinya di Yogya? Inip un jadi pertanyaan bagaimana hubungan korban dengan keluarga nya? Kenapa keluarga tidak tahu korban menderita sakit  parah?" demikian Kurnia.

Lantas apakah aktivitas seksual ekstrem jadi pemicu?

Dugaan bunuh diri diperkuat dengan adanya penyimpangan aktivitas seksual ekstrem atau dikenal dengan sebutan auto-erotic asphyxiation atau asfiksia auto-erotik yang merupakan pembatasan oksigen yang disengaja ke otak untuk tujuan birahi.

Aktivitas seksual itu kerap berujung kematian, karena kegagalan tak terduga dari alat yang digunakan secara sendiri untuk menginduksi hipoksia selama gairah seksual.

Menyoal itu, psikolog & seksolog klinis, Zoya Amirin mengakui adanya perilaku menyimpang itu dan umumnya terjadi di luar negeri. "Perilaku itu memang ada dan sudah banyak di luar negeri. Kalau di sini masih ditutupi karena malu atau ada hal lain," katanya, Sabtu (12/7/2025).

Mereka (pelaku) biasanya menyumbat hidung serta mulutnya dengan kain atau lakban. Kondisi itu mengakibatkan pengurangan pasokan oksigen ke otak untuk mencapai orgasme yang lebih tinggi. "Ketika sesak napas, mereka sudah mau kehilangan napas, tapi tidak kehilangan napas. Mereka biasanya memahami ambang batas napas," bebernya.

https://cloud.jpnn.com/photo/arsip/normal/2021/09/23/seksolog-klinis-zoya-amirin-foto-tangkapan-layar-youtubezoya-4tgn.jpg
Psikolog & seksolog klinis, Zoya Amirin (Foto: Dok MI)

Menurutnya untuk mencapai kepuasan dengan cara asfiksia auto-erotik bisa beragam cara seperti mencekik, menenggelamkan diri, dan merasakan tekanan di sekitar perut dengan cara ditindih benda berat. 

"Ada yang dilakban di mulut, hidung, atau tangan mereka untuk mencari kenikmatan di detik-detik akhir. Kalau di luar negeri biasanya didampingi coach. Nah bahayanya ini kalau ditangani sendiri," jelasnya.

Kini Polisi pun berencana memeriksa lingkaran pertemanan korban. "(Pemeriksaan) untuk mengungkap secara utuh, dari mulai bagaimana sehari-hari korban, kegiatan korban, hingga akhirnya terjadi atau muncul ada peristiwa itu," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary.

Polisi juga akan menggandeng pihak psikologi forensik. Hal tersebut untuk mendalami karakter korban ADP. "Ya tahap selanjutnya itu, nanti akan dilakukan (pemeriksaan oleh psikologi forensik). Iya, tadi untuk mendalami profilnya," katanya.

Bagiamana dengan gerak-gerik penjaga kost?

Ade Ary Syam Indradi mengungkapkan alasan penjaga indekos diplomat muda Kementerian Luar Negeri RI, Arya Daru Pangayunan mondar-mandir di depak kamar korban pada malam sebelum penemuan jenazah, Selasa (8/7/2025).

Ade menyebut penjaga kos itu diminta istri Arya untuk mengecek kamar korban karena ponsel suaminya tidak bisa dihubungi. Penjaga kos itu sempat terekam kamera CCTV mondar-mandir dan menengok kamar melalui jendela. "Istrinya minta penjaga kos untuk cek kamar Arya Daru karena handphone suaminya tidak bisa dihubungi,” kata Ade Ary, Sabtu (12/7).

Sebelumnya, dalam rekaman CCTV bertanggal 8 Juli pukul 00.27 WIB, terlihat seorang laki-laki yang mengenakan sarung dan baju disampirkan mondar-mandir di depan kamar Arya. Laki-laki itu sempat berusaha menengok ke arah kamar sambil terlihat berbicara melalui ponsel dengan seseorang.

Kemudian, pada pukul 05.20 WIB atau sebelum Arya ditemukan tewas, laki-laki itu kembali ke depan kamar korban. Laki-laki yang diketahui sebagai penjaga kos tersebut mengenakan kemeja putih dan celana pendek. Penjaga kos kembali menengok kamar sambil membawa sapu, kemudian berbalik arah.

Pembunuhan Diplomat Arya
Penjaga kost dan seorang pria lainnya (Foto: Dok MI)

Ade Ary mengungkapkan, istri Arya terakhir kali berkomunikasi dengan korban pada Senin (7/7) sekitar pukul 21.00 WIB atau beberapa jam sebelum ditemukan tewas. Sang istri mencoba kembali menghubungi Arya keesokan paginya, tetapi tidak beroleh jawaban. Sang istri pun meminta penjaga kos memeriksa kamar korban karena khwatir.

Pada Selasa (8/7/2025) pagi, penjaga kos bersama satu orang lain membuka jendela kamar yang diketahui sudah dicongkel. Penjaga kos dan rekannya menemukan Arya tewas di dalam kamar dengan kondisi kepala terlilit lakban dan tubuhnya tertutup selimut.

Berdasarkan olah TKP, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau barang hilang di kamar Arya. Polisi menemukan sidik jari Arya di lakban yang melilit kepalanya, tetapi belum bisa dipastikan apakah lakban tersebut ditempelkan oleh korban sendiri atau orang lain.

Keterangan Polda Metro mengenai penjaga kos sesuai dengan pernyataan Kapolsek Menteng Komisaris Rezha Rahandi. Rezha menyebut istri korban yang berada di Yogyakarta meminta penjaga kos mengecek suaminya karena tidak bisa dihubungi sejak subuh.

”Karena ditelepon tidak aktif, istrinya lalu menghubungi penjaga kos. Setelah dicek dan pintu diketuk tapi tak ada respons, akhirnya kamar dibuka paksa,” kata Rezha.

Pihak kepolisian sendiri masih mendalami penyebab kematian Arya dan menunggu hasil otopsi. Polisi telah mengamankan sejumlah rekaman kamera CCTV di sekitar lokasi kejadian.

Topik:

Pembunuhan Bunur Diri Polda Metro Jaya Kementerian Luar Negeri Diplomat Arya Daru Arya Daru