Jelang HUT Kemerdekaan RI ke-78, Mari Kenang Peristiwa Rengasdengklok: 16 Agustus Presiden Pertama dan Wakilnya Diculik

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 16 Agustus 2023 03:42 WIB
Jakarta, MI - Jelang memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-78, mari kembali mengenang sejarah, salah satunya peristiwa Rengasdengklok. Tepatnya tanggal 16 Agustus, tak akan terlupakan mengingat perhitungan kalender sudah memasuki tanggal tersebut. Tanggal 16 Agustus adalah sejarah peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945. Peristiwa Rengasdengklok memuat kejadian penculikan terhadap presiden pertama RI Soekarno (Bung Karno) dan wakilnya Mohammad Hatta (Bung Hatta) yang terjadi tepat pada 16 Agustus 1945. Peristiwa Rengasdengklok diawali atas penyerahan Jepang kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Saat itu, kota Jakarta ibarat kota yang tidak mempunyai pemilik. Pasalnya, Jepang dalam posisi gamang sementara republik belum berdiri. Melihat hal itu, Golongan Muda yang dipimpin Chaerul Saleh melakukan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 malam. Hasil dari rapat tersebut adalah pemuda akan mendesak Soekarno dan Hatta secepat mungkin, tanpa campur tangan PPKI yang merupakan organisasi Jepang. 15 Agustus 1945, Golongan Muda Mendesak Golongan Tua. Namun demikian, Soekarno dan Hatta tidak setuju dengan desakan para pemuda tersebut. Akhirnya, terjadilah perbedaan pendapat antara Golongan Tua dan Golongan Muda mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Tanggal 15 Agustus 1945, sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda mendatangi rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Wikana mengancam Soekarno. “Jika Bung tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar – besaran esok hari”. Hatta yang hadir pada pertemuan itu turut bicara. “Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara tela siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?," tanyanya. Perdebatan pun berlangsung, hingga pada akhirnya Soekarno tidak bisa memutuskan sendiri dan melakukan perundingan dengan tokoh lain seperti Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto dan Sudiro. Tidak lama kemudian Hatta menyampaikan keputusan bahwa mereka menolak usulan pemuda dengan alasan perlunya perhitungan lebih cermat dan akan timbul banyak korban jiwa dan harta. Pada tanggal 16 Agustus 1945, terjadi penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Para pemuda yang merasa tidak puas dengan jawaban Hatta kembali ke markas dan menyiapkan rencana baru, menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Pada pukul 04.00 WIB, setelah sahur, tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda dipimpin Sodancho Singgih datang ke kediaman Soekarno meminta Soekarno dan Hatta mengikuti kemauan pemuda untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang. Raibnya Soekarno dan Hatta membuat Jakarta panik. Apalagi, pada hari tersebut ada rapat pertama PPKI. Soebardjo yang pada malam sebelumnya turut hadir dalam perdebatan antara Golongan Muda dan Golongan Tua berupaya mencari Soekarno. Ia berkeliling ke beberapa lokasi termasuk markas Jepang namun tidak ada. Dia curiga para pemuda dibalik raibnya Soekarno dan Hatta. Segera ia menghubungi Wikana. Dari Wikana, Soebardjo mendapat info bahwa Soekarno dan Hatta disekap di Rengasdengklok. Pagi itu juga, Soebardjo menuju ke Rengasdengklok. Pemuda bersikukuh tak mau melepaskan Soekarno-Hatta, kecuali ada jaminan kemerdekaan. Soebardjo berkata: “Kalau Proklamasi tidak dilakukan, saya bersedia ditembak mati". Setelah hampir seharian disekap, pada pukul sepuluh malam Soekarno dan Hatta tiba di Jakarta dan segera menggelar rapat di rumah Laksamana Tadashi Maeda. Setelah melalui perdebatan, teks proklamasi akhirnya selesai dibuat habis subuh. Proklamasi yang awalnya akan dilangsungkan di lapangan IKADA, namun dengan pertimbangan keamanan maka diputuskan dibacakan di rumah Soekarno, jalan pegangsaan Timur 56. Sekitar pukul 10.00 hari Jum’at pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno keluar rumah. Di luar, sekitar seratus orang telah menunggu dengan perasaan campur aduk. Dengan nada berwibawa Soekarno berkata: “Maka kami, tadi malam, telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia.Permusyawaratan itu sekata-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudaraku, dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu….Dengarkanlah proklamasi kami….” Sayuti Melik menjadi sosok yang bertugas mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sementara Bendera Merah Putih yang dikibarkan saat upacara kemerdekaan dijahit sendiri oleh Ibu Fatmawati, istri Bung Karno. Dikutip pada laman Kemendikbud, berikut isi naskah atau teks Proklamasi Kemerdekaan yang dibacakan pada 17 Agustus 1945 oleh Presiden Soekarno. Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ditulis oleh Ir. Soekarno yang kemudian diketik oleh Sayuti Melik Isi teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan rupanya sedikit berbeda dengan naskah tulisan tangan Ir. Soekarno yang dirumuskan pada tanggal 17 Agustus 1945 dini hari. Hal ini sesuai dengan naskah asli tulisan tangan Ir.Soekarno yang sempat disimpan oleh Burhanuddin Mohammad Diah, dan sekarang disimpan di Arsip Nasional Indonesia, Jakarta. Berikut adalah isi teks proklamasi kemerdekaan Indonesia hasil tulisan tangan asli Ir. Soekarno. Proklamasi Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja. Djakarta, 17 - 8 - ‘05 [caption id="attachment_557708" align="alignnone" width="700"] Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (Foto: Istimewa)[/caption] (Sumber: Berbagai Sumber)