Dante Ditenggelamkan Yudha Arfandi (Pacar Tamara) Berkali-kali, Mengapa Kebencian pada Perempuan atau Janda Begitu Kuat?


MENGAPA kebencian pada perempuan atau janda begitu kuat? Pertanyaan ini kian muncul ditengah kasus melibatkan anak kecil. Alih-alih kebencian juga kerap terlontarkan tertuju kepada dua belah pihak, si laki-laki dan si perempuan.
Pakar kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Kurnia Zakaria mencoba menjelaskan ihwal tersebut. Begitu disapa Monitorindonesia.com, Senin (12/2) Kurnia yang juga dosen Universitas Bung Karno (UBK) menyatakan bahwa olok-olokan yang diterima oleh perempuan berstatus janda disebabkan oleh konstruksi gender.
"Ini yang selalu menempatkan perempuan sebagai tolok ukur dari penilaian sebuah moralitas," begitu kata Kurnia.
Tidak sedikit, publik mendefinisikan janda berarti wanita yang tidak bersuami lagi, baik karena cerai maupun karena ditinggal mati oleh suaminya.
"Sangat disayangkan, budaya ketimuran memberi kesan negatif kepada janda daripada duda. Kaum janda seringkali ditempatkan sebagai wanita pada posisi yang rendah, lemah, tidak berdaya dan membutuhkan belas kasih sehingga dalam kondisi sosial budaya seringkali terdapat ketidakadilan," jelas Kurnia yang juga berprofesi sebagai Advokat.
Menjadi janda sesungguhnya adalah hal yang serba salah, bagaimana tidak janda akan diliputi kegalauan luar biasa tentang statusnya sekarang. Namun akankah status itu dia buka ke masyarakat luas atau hanya dia simpan untuk dirinya sendiri.
Walaupun sebenarnya semua akan terbongkar jika akan tiba saatnya semua itu terbongkar.
"Ini yang sering menyebabkan psikis seorang janda sendiri terganggu, janda takut mengungkapkan statusnya tetapi jika tidak diungkapkan akan lebih sakit slentingan yang beredar tentang status yang ia sandang saat ini," bebernya.
Berbeda dengan pria yang terlihat tetap terhormat dengan status sebagai duda. Yang sering dikesampingkan masyarakat, seorang janda justru sering menanggung beban lebih berat dibanding duda.
Di satu sisi dia berperan sebagai ibu dari anaknya. Tentu saja berat menjadi seorang janda, dia harus tetap menjaga harkat dan martabat dirinya di tengah–tengah stigma negatif masyarakat dan harus mampu bertahan demi diri sendiri dan anak-anak tanpa didampingi sesosok pria yang bisa menjaga, menyayangi dan mengayominya.
Perlu diketahui pula, bahwa ada hal lain yang sering ditakutkan wanita dengan status janda . Adalah laki-laki yang akan masuk dalam kehidupannya dan membanggakan tentang dirinya dan niat baiknya untuk menikahi seorang janda.
Namun ada juga laki-laki enggan menikahi, atau belum mau menikahi janda lantaran mungkin saja terhalang anak si Janda itu. Tak sedikit hal itu menjadi problem dalam membangun hubungan yang harmonis.
Baru-baru dihebohkan kasus kematian anak aktris Tamara Tyasmara, Raden Andante Khalif Pramudityo atau Dante (6). Sang pacar diduga dalang kasus ini. Berdasarkan rekaman CCTV, YA (Yudha Arfandi) menenggelamkan anak tak berdosa itu beberapa kali.
"Tersangka beberapa kali membenamkan tubuh korban ke dalam kolam dewasa yang kedalamannya adalah 150 sentimeter atau 1,5 meter. Di dalam kolam dengan kedalaman 150 cm atau 1,5 meter tersebut, korban dibenamkan kepalanya sebanyak 12 kali," kata Wira dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Senin (12/2).
Adapun Tamara Tyasmara mengonfirmasi bahwa pria berinisial YA yang kini menjadi tersangka kematian anaknya, Dante, merupakan seorang duda.
YA disebut-sebut sebagai kekasih Tamara yang sangat dipercaya untuk menjaga Dante. “Betul (duda),” kata Tamara di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (9/2) lalu.
Kasus kematian Dante ini pun memicu kebencian warganet terhadap ibu korban itu. Namun Tamara sendiri sangat terpukul atas meninggalnya putranya di kolam renang Duren Sawit, Jakarta Timur itu. Tamara semakin syok saat mengetahui ternyata Dante diduga ditenggelamkan oleh pacarnya, Yudha Arfandi (33).
Betapa tidak, Yudha adalah orang yang sangat ia percayai selama 2 tahun kedetakannya itu. Tamara pun bertanya-tanya mengapa Yudha bisa setega itu.
"Kami percaya banget, orang sudah biasa berenang sama dia, dan anaknya pun happy kalau lagi sama dia. Mereka dekat banget," kata Tia selaku ibunda Tamara Tyasmara saat ditemui di kawasan Gudang Peluru, Jakarta Selatan belum lama ini. menambahkan.
Meski tersangka Yudha sudah ditangkap pada Jumat (09/02) lalu, tapi motif pelaku menenggelamkan korban belum terungkap. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ady Syam Idradi mengatakan pihaknya masih mendalami.
"Motif sedang didalami, karena pemeriksaan, setelah proses pemeriksaan kesehatan terhadap YA akan dialihkan pemeriksaan sebagai tersangka. Di situ akan dilakukan pendalaman terhadap motif," ucapnya.
Namun demikian pakar psikologi forensik, Reza Indragiri,mengatakan dalam kasus pidana terutama pembunuhan maka kemungkinan motifnya ada dua, yaitu emosional dan instrumental. Emosional artinya berkaitan dengan amarah, sakit hati, dendam, cemburu atau terkait perasaan-perasaan negatif.
Adapun instrumental tidak ada sangkut pautnya dengan suasana hati. Tapi ingin mendapatkan manfaat tertentu dari aksi kejahatan tersebut.
"Entah untuk mendapatkan popularitas atau mendapatkan harta, atau apapun yang sifatnya mendatangkan keuntungan bagi si pelaku. Jadi bisa salah satu atau kombinasi dari kedua motif tersebut."
Karena itulah dia meminta kepolisian agar tidak percaya begitu saja pada klaim pelaku. Sering kali, orang-orang yang melakukan viktimisasi terhadap anak-anak sebetulnya tidak sungguh-sungguh membangun kepercayaan. Tetapi memiliki tipu muslihat atau kepentingan di balik itu.
"Jadi membangun relasi kepercayaan hanya sebuah cara untuk membuka akses pelaku agar bisa mendekati si calon korbannya -dalam hal ini anak- sekaligus membangun kepercayaan dari pihak yang semestinya melindungi si anak."
Tak cuma itu saja, Reza juga berharap polisi menelisik apakah pelaku memiliki riwayat melakukan tindakan kriminalitas apapun jenisnya.
Itu untuk menakar seberapa jauh potensi bahaya orang tersebut memviktimisasi atau melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain termasuk anak-anak.
Sedangkan terkait tuduhan pasal pembunuhan berencana, Reza berkata polisi harus membuktikan empat unsur: target, insentif, risiko, dan sumber daya.
Kalau empat hal tersebut memang ada dalam pikiran si pelaku sebelum melancarkan aksinya maka patut dikenakan pasal pembunuhan berencana.
Ramalan Tarot
Tamara Tyasmara ternyata sempat diramal dengan kartu tarot oleh pembaca tarot Nena Ghoib sebelum meninggalnya Dante. Nena Ghoib menceritakan awal mula dirinya membaca tarot Tamara Tyasmara.
Saat itu Nena Ghoib berada di satu lokasi syuting bersama Tamara Tyasmara. Di momen rehat syuting, Nena Ghoib yang diketahui bisa membaca tarot, membuka ramalan mengenai Tamara Tyasmara.
Dalam ramalan tarot tersebut, Nena Ghoib membaca bahwa Tamara Tyasmara akan kehilangan sesuatu jika melanjutkan hubungannya dengan YA.
“Hasil ramalan yang aku baca kemarin di lokasi syuting bersama Tamara, kalau masih bersama (pacar) yang toxic ini dia akan mendapatkan sesuatu yang menyedihkan. Hal itu membuat dia dan dia akan merasa kehilangan sesuatu,” imbuh Nena Ghoib.
Berbanding terbalik, Tamara Tyasmara juga diprediksi akan mendapat kebahagiaan apabila bisa terlepas dari sosok kekasih yang dinilai toxic. “Dia akan mendapatkan kebahagiaan jika dia lepas dari pacarnya yang toxic itu,” ujar sang pembaca tarot.
Nena Ghoib pun mengungkapkan bahwa Tamara Tyasmara terlihat bingung ketika ramalan percintaannya dibacakan melalui media tarot. “Tamara itu seperti bingung saat itu aku bacakan tarotnya dengan percintaannya dan sedikit bingung,” katanya.
Sementara itu, dari kartu-kartu sebelumnya, Nena Ghoib membaca bahwa Tamara Tyasmara mengalami tekanan dalam hubungan asmaranya dengan YA. “Kartu-kartu yang sebelumnya sebenarnya tertekan sebenarnya merasa hubungannya itu Toxic dengan si pasangan dan kejadian ini tuh membuat penyesalan yang begitu dalam yang memilih orang yang salah,” tutup Nena Ghoib.
Yudha Terancam Hukuman Mati
Yudha dijerat dengan sejumlah pasal berlapis, yakni Pasal 76C juncto, Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35/2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Kemudian Pasal 340 KUHP dan/atau Pasal 338 KUHP dan/atau Pasal 359 KUHP. YA terancam pidana maksimal seumur hidup atau hukuman mati.
Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra mengatakan, Raden Andante Khalif Pramudityo atau Dante (6) sempat berusaha menyelamatkan diri ke tepian kolam, saat ditenggelamkan Yudha Arfandi (YA), kekasih Tamara Tyasmara.
"Korban berusaha berenang ke tepian kolam. Akan tetapi, Yudha langsung menghalangi tangan Dante dengan menarik badan dan kakinya agar terus berenang," kata Wira dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya Senin (12/2) siang.
Akibatnya, Dante tak mampu meraih tepi kolam renang tersebut. Kondisi korban sudah lemas, tersangka mengangkat Dante dan meletakkan di tepi kolam. Setelah korban diberikan bantuan pertama oleh saksi-saksi di kolam renang, diketahui Dante sudah tidak bernapas. Dari mulut dan hidung mengeluarkan sisa makanan dan buih. "Kemudian korban dinyatakan meninggal dunia," tandasnya. (wan)
Topik:
tamara-tyasmara dante pembunuhan-di-kolam-renang yudha janda duda yudha-arfandi