Zarof Ricar 10 Tahun jadi Markus Baru Keciduk, DPR: Tidak Ada Lagi Ruang bagi Praktik Kotor Ini

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 28 Oktober 2024 22:13 WIB
Anggota Komisi III DPR RI Aboe Bakar Alhabsyi (Foto: Dok MI)
Anggota Komisi III DPR RI Aboe Bakar Alhabsyi (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - 10 tahun jadi makelar kasus (Markus), bekas Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung, Zarof Ricar, baru diciduk Kejaksaan Agung karena terlibat bermain perkara Gregorius Ronald Tannur.

Terkait hal itu, Anggota Komisi III DPR RI Aboe Bakar Alhabsyi menegaskan bahwa kasus ini harus diproses secara transparan dan akuntabel.

"Kami di DPR akan terus mendukung langkah-langkah pemberantasan korupsi, termasuk penguatan lembaga penegak hukum agar tidak ada lagi ruang bagi praktik kotor ini," katanya kepada wartawan, Selasa (28/10/2024).

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menilai kasus ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak bahwa hukum tidak dapat dibeli dan keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu.

Menurutnya, penindakan yang dilakukan Kejagung merupakan langkah berani dan tegas terhadap oknum-oknum yang merusak citra peradilan.

Zarof Ricar
Zarof Ricar mengenakan rompi tahanan Kejaksaan (Foto: Dok MI)

Sebelumnya, Direktur Penyidikan Jampidsus Kejaksaan Agung, Abdul Qohar mengatakan, keterlibatan Zarof dalam kasus tersebut adalah sebagai perantara antara pengacara Ronald Tannur, Lisa Rachmat, dan hakim agung. Zarof dibekali Rp 5 miliar untuk diberikan kepada tiga hakim agung yang menangani kasasi Ronald Tannur.

“LR meminta ZR agar bisa mengupayakan hakim agung pada MA tetap menyatakan Ronald Tannur tidak bersalah dalam putusan kasassinya,“ kata Qohar dalam konferensi pers di Kejaksaan Agung, Jumat (26/10/2024).

Dari hasil pengembangan, penyidik menemukan bukti kalau Zarof memang terbiasa bermain perkara di Mahkamah Agung untuk menguntungkan pihak berperkara. Perbuatan lancung itu dilakukan Zarof sejak berdinas di Mahkamah Agung sejak 2012 hingga 2022. 

“Menurut pengakuan yang bersangkutan dia lupa berapa banyak kasus yang diurus, karena banyak,” kata Qohar.

Dari hasil penggeledahan di rumah Zarof di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, penyidik menyita uang SG$ 74.494.427, US$ 1.897.362, EUR 71.200, HK$ 483.320, dan mata uang Rp 5.725.075.000. “Jika dikonversikan ke rupiah totalnya Rp 920.912.303.714 (Rp 920,91 miliar),” kata Qohar.

Selain uang tunai, Qohar mengatakan, penyidik juga menyita 498 kepingan logam mulia berupa emas seberat 100 gram, empat keping logam mulia emas seberat 50 gram, dan satu keping logam mulia emas sebesar 1 kilogram dari rumah Zarof, sehingga total seluruhnya kurang lebih 51 kilogram. 

“Berdasarkan keterangan yang bersangkutan semua ini dikumpulkan mulai dari 2012 sampai 2022, diperoleh dari sebagian besar pengurusan perkara,” kata Qohar.

Topik:

Komisi III DPR DPR Ronad Tannur Kejagung MA Zarof Ricar