Ssstt, Kasudin Citata Jakarta Timur Selalu Siapkan "Map Merah" Bagi Awak Media!

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 26 Oktober 2023 15:40 WIB
Suasana di kantor Sudin Citata Jakarta Timur, Rabu (25/10) Siang. [Foto: Doc. MI]
Suasana di kantor Sudin Citata Jakarta Timur, Rabu (25/10) Siang. [Foto: Doc. MI]

Jakarta, MI - Suasana di Kantor Walikota Jakarta Timur pada Rabu (25/10) siang tidak seperti biasanya ramai dengan hiruk pikuk pegawai. Padahal, jarum jam baru menunjukkan pukul 13.00 WIB. 

Ada salah satu gedung yang menjadi pusat perhatian di perkantoran Pemerintah Kota Jakarta Timur yang berada dikawasan Pulogebang tersebut. Gedung itu berada di belakang kantor Walikota M Anwar berbentuk setengah bundaran.

Sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) setingkat suku dinas (sudin) berkantor di gedung setengah bundar tersebut. Salah satunya adalah Suku Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Kota (Citata) Jakarta Timur.     

Sudin Citata berada di lantai dua. Masuk ke dalam kantor yang dikomandoi oleh Muhamad Sodik tersebut tentu tak mudah. Selain satuan Pamdal menghalau di lantai 1, masuk ke lantai 2 harus terlebih dulu membuat janji dengan pegawai atau pejabat. Kalau tak ada janji jangan harap bisa memasuki kantor tersebut.

Jadi, rakyat Jakarta tak perlu menggerutu saat hendak masuk ke lantai 2 akan ada pertanyaan-pertanyaan aneh dari Pamdal. Selain itu, masuk ke dalam ruangan Sudin Citata tentu harus pakai kode akses khusus.

Namun, perlakuan berbeda bagi masyarakat berduit seperti pengusaha atau kontraktor. Sekalipun pakai sandal jepit, pejabat Sudin Citata langsung cium tangan tamu yang dianggap membawa berkah tersebut.

Saat Monitorindonesia.com dan sejumlah awak media menyambangi kantor Sudin Citata Jaktim pada Rabu siang, suasana kontras berbeda. Pengusaha atau kontraktor langsung digiring ke ruangan khsusus dan diberikan pelayanan khsusus. 

Seperti yang dipertontonkan oleh Kepala Seksi Pembangunan Sudin Citata Jakarta Timur bernama Beto. Beto langsung menyambut dengan hormat tamu yang dipandang "berduit" tersebut.

Maklum di Jakarta Timur ribuan pengembang perumahan atau cluster. Untuk kelancaran proyek tentu harus ada kongkalikong pejabat dengan pengembang, agat rencana pembangunan perumahan dapat disetujui pejabat terkait.        

Map Merah

Sementara untuk awak media, sudah menjadi kebiasaan di Sudin Citata Jakarta Timur, bila ada awak media yang ingin melakukan konfirmasi terkait pemberitaan, maka langsung disiram amplop berisi uang.

Hal itu dialami oleh wartawan S. Begitu dia sampai di dalam kantor Sudin Citata, map merah berisi amplop langsung disodorkan ke S. 

"Enggak usahlah konfirmasi-konfirmasi. Kita sama-sama tahulah," ujar staf pegawai bernama Umi kepada S dengan nada serius.

"Saya hanya memberi amanat dari pak Kasudin (Muhamad Sodik)," ucap Umi lagi. Bagi Umi, setiap ada awak media atau LSM masuk ke kantor itu pemberian amplop sudah menjadi hal yang biasa. 

Sementara di ruangan lainnnya Kepala Seksi bernama Beto tadi, masih terus asyik bercanda-ria di dalam ruangan khusus melayani tamu pentingnya. 

"Darimana ya duit Kasudin Citata kalau setiap wartawan yang masuk ke kantor ini dikasih amplop? Kalau ada ratusan atau ribuan tiap bulan, apa Pemprov DKI sediakan anggaran untuk itu," guman wartawan S sambil mengusap dahinya.

Padahal, awak media ingin mewawancarai Kasudin Muhamad Sodik terkait bangunan tanpa Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang marak di Jaktim. Seperti contoh, bangunan di kawasan hijau Pertokoan Pulomas yang oleh CV Raha Abadi, kini berdiri megah tanpa ada kontrol dari Pemkot Jaktim.

Jalur hijau di kawasan Pertokoan Pulomas yang juga milik BUMD DKI itu kini dipenuhi bangunan ilegal. Tak hanya bangunan baru, bangunan lama sudah banyak berdiri sekalipun berada di kawasan hijau. Bangunan-bangunan itu digunakan sebagai alamat kantor perusahaan-perusahaan kontraktor. 

Sejumlah warga Pulomas mengaku kecewa dengan Pemkot Jakarta Timur yang membiarkan bangunan ilegal itu. Padahal, lahan itu merupakan zona hijau. 

"Kecewa aja ya mas. Bagaimana Pemprov DKI membiarkan bangunan permanen ini berdiri di jalur hijau," ujar Wawan (56) warga Pulomas yang tak jauh dari lokasi pertokoan Pulomas. 

Menurut Wawan, lahan jalur hijau itu seharusnya ditanami pohon-pohon atau buat taman. Namun kenyataannya jalur hijau jadi bangunan permanen. 

"Apa mungkin bangunan itu berdiri tanpa ada bekingan dari pengembang Pulomas dan Sudin Citata Jakarta Timur. Buktinya sampai saat ini tak ada tindakan," tandas Wawan. [HS]