Mitos atau Fakta? Tidur dengan Kipas Angin Beresiko Hipotermia

Tim Redaksi
Tim Redaksi
Diperbarui 13 Oktober 2022 21:54 WIB
Jakarta, MI - Hipotermia merupakan suatu kondisi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu normal yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35 derajat Celsius. Indonesia adalah negara tropis yang memiliki suhu cukup hangat. Itulah sebabnya, penggunaan kipas angin atau alat penyejuk ruangan lain di Indonesia adalah hal yang umum. Namun, ada anggapan bahwa tidur dengan kipas angin dapat berisiko terkena hipotermia. Ada pula yang meyakini bahwa penggunaan kipas angin dapat memicu banyak masalah kesehatan, hingga kematian. Sebenarnya, apakah benar tidur dengan kipas angin dapat menyebabkan hipotermia? Yuk, simak penjelasannya berikut ini. Belum Ada Bukti Kipas Angin Sebabkan Hipotermia Sama halnya seperti saat terlalu tinggi (demam), suhu tubuh yang terlalu rendah juga berbahaya. Kondisi ini terjadi tepatnya ketika tubuh kehilangan panas dengan cepat, tetapi lambat dalam memproduksi panas. Jika hipotermia tidak segera ditangani, risiko kegagalan fungsi organ hingga kematian bisa terjadi. Lantas, apakah tidur dengan kipas angin dapat sebabkan hipotermia? Sayangnya, belum ada bukti ilmiah tentang hal ini. Terlebih, Indonesia memiliki iklim yang tropis dan hangat, sehingga risiko untuk terkena hipotermia hanya karena kipas angin saat tidur sangat kecil. Apalagi kipas angin tidak bisa mendinginkan suhu udara secara drastis. Jadi, hipotermia atau bahaya lainnya tidur dengan kipas angin masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Meski begitu, penggunaan kipas angin tetap perlu diperhatikan, terutama soal kebersihannya. Kipas angin yang kotor dapat menyebarkan debu dan kuman yang dapat memicu gejala asma dan alergi. Penyebab Hipotermia Seperti dikatakan tadi, hipotermia terjadi akibat hilangnya panas tubuh secara drastis, disertai lambatnya panas tubuh diproduksi. Ada banyak kondisi yang dapat memicu terjadinya hal tersebut, yaitu: Mengenakan pakaian basah terlalu lama.Tidak menggunakan pakaian yang tebal saat cuaca dingin.Berada terlalu lama di tempat yang dingin.Berada terlalu lama di dalam air. Pada dasarnya, siapa saja bisa mengalami hipotermia. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kondisi ini, yaitu: Usia, hipotermia lebih rentan dialami oleh bayi dan orang tua (lansia).Kelelahan.Mengidap gangguan mental, misalnya demensia.Mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang.Mengidap hipotiroidisme, radang sendi, stroke, diabetes, dan penyakit Parkinson. Cara Mencegah Hipotermia Untuk mencegah hipotermia, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu: Jaga tubuh tetap kering. Jangan mengenakan pakaian basah terlalu lama.Kenakan jaket, pakaian yang tebal, syal, topi, sarung tangan, dan kaus kaki, saat di tempat dengan cuaca dingin, agar suhu tubuh tetap terjaga.Saat di tempat dingin, lakukan gerakan sederhana agar tubuh tetap hangat.Sebaiknya konsumsi minuman dan makanan hangat, terutama saat cuaca dingin. Untuk mencegah hipotermia pada bayi dan anak-anak, pastikan menjaga suhu kamar agar tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin. Saat anak beraktivitas di luar rumah saat suhu sedang dingin, pakaikan jaket atau pakaian yang tebal. Jika anak tampak mulai menggigil kedinginan, segera bawa ia ke ruangan yang hangat. [Sumber: Halodoc]
Berita Terkait