Megawati Miliki Gelar 2 Profesor dan 9 Doktor

wisnu
wisnu
Diperbarui 12 Mei 2022 14:09 WIB
Jakarta, MI – Usai mengikuti prosesi pelantikan Yoon sebagai presiden Korea Selatan yang baru menggantikan Moon Jae-in, Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri mendapatkan gelar profesor kehormatan tertinggi atau Honorary Chair Professor dari Seoul Institute of The Arts (SIA), Korea Selatan. Penganugerahan itu dilaksanakan di kampus SIA di Seoul, Korea Selatan pada Rabu (10/5). "Saya ingin menyampaikan sambutan hangat saya di Institut Seni Seoul (SIA). Sungguh suatu kehormatan untuk menerima Ibu Megawati dan tamu-tamunya yang terhormat di kampus yang sederhana ini. Selanjutnya, kami senang dapat menganugerahkan kepadanya hari ini, gelar Honorary Chair Professor," kata Presiden SIA, Nam Sik Lee seperti yang dikutip, Kamis (12/5). Gelar itu disematkan kepada Megawati karena, ia disiplin ilmu kebijakan seni dan ekonomi kreatif. Termasuk, Megawati juga menjadi pemimpin yang berani dalam membentuk politik dan negara Indonesia. Megawati juga, dianggap memiliki semangat mempromosikan seni, budaya, dan ekonomi kreatif untuk pengembangan perdamaian dan demokrasi serta peningkatan kualitas hidup. "Dia (Megawati) telah menjadi pelopor penelitian dan inovasi dan telah menjadi panutan bagi generasi masa depan," kata Nam. Pada kesempatan itu, Nam juga menjelaskan SIA telah menjadi yang terdepan dalam eksperimen dan inovasi seni dan pendidikan di Korea. SIA juga telah menghasilkan banyak pemimpin industri di dalam negeri maupun di luar negeri. "Seoul Institute of the Arts adalah tempat lahirnya Korean Wave, yang disebut Hallyu yang terus mengejutkan dunia dengan konten kreatif yang memukau," ujarnya. Terlebih, dalam delapan tahun terakhir, SIA telah berkolaborasi dengan Indonesia melalui kelas gamelan, pertukaran desain tipografi, dan pameran ciptaan alam oleh desain serta lokakarya dan proyek yang tak terhitung jumlahnya. SIA juga berencana untuk memulai World Music Center di mana musik Indonesia akan menjadi bagian penting. "Kami tertarik untuk merekrut banyak pelajar Indonesia yang ingin belajar di sini untuk menjadi aktor, desainer, musisi, dan pembuat film yang akan menginspirasi dunia. Kami juga mencari siswa yang dapat memainkan musik Indonesia dan yang akan berkolaborasi dengan musisi Korea untuk menghasilkan karya baru yang luar biasa yang akan menarik bagi orang Korea dan Indonesia," katanya. Maka itu, SIA ingin mengundang dan sekaligus mengirim profesor terkemuka untuk belajar mengenai seni dan budaya di kedua negara. "Madame Megawati, dengan bangga kami mengundang Anda sebagai ketua kehormatan Profesor Institut Seni Seoul. Kami ingin mendapatkan kebijaksanaan dan pengetahuan tentang bagaimana berkolaborasi dengan budaya Indonesia dengan lebih baik. Mari kita bersama-sama menciptakan Gelombang Asia baru yang akan menyapu dunia,” kata Nam. Dua Gelar Profesor dan 9 Gelar Doktor [caption id="attachment_432242" align="aligncenter" width="300"] Presiden Indonesia Kelima Megawati Soekranoputri ketika dijamu oleh Pejabat Korsel. (Foto: Dok/Ist)[/caption] Gelar profesor kehormatan dari SIA ini menjadi yang kedua untuk Megawati. Sebelumnya, pada Juni 2021 lalu, Megawati menerima gelar profesor kehormatan dari Universitas Pertahanan di bidang kepemimpinan strategik. Megawati juga mendapatkan 9 gelar doktor kehormatan, yakni Waseda University di Tokyo, Jepang (29 September 2001, bidang politik), Moscow State Institute of International Relations, Moskow, Rusia (22 April 2003, bidang politik), Korea Maritime and Ocean University, Busan, Korea Selatan (19 Oktober 2015, bidang politik), Universitas Padjajaran di Bandung, Indonesia (25 Oktober 2016, bidang politik dan pemerintahan), Universitas Negeri Padang di Padang, Indonesia (27 September 2017, bidang pendidikan politik). Selain itu doktor kehormatan dari Mokpo National University di Mokpo, Korea Selatan (16 November 2017, bidang demokrasi ekonomi), Institut Pemerintahan Dalam Negeri di Bandung, Indonesia (8 Maret 2018, bidang politik dan pemerintahan), Fujian Normal University di Fuzhou, Fujian, China (5 November 2018, bidang diplomasi ekonomi), dan Soka University Japan di Tokyo, Jepang (8 Januari 2020, bidang kemanusiaan).