Penampakan "Roh Abstrak" pada Karya Yulianto Liestiono

No Name

No Name

Diperbarui 2 Agustus 2021 20:40 WIB
Oleh : Gatot Eko Cahyono. Melihat dan menikmati lukisan abstrak, ada kenikmatan tersendiri. Setiap orang bisa menikmati dan beropini lain-lain tentang sebuah lukisan abstrak. Mungkin ada pikiran yang meng- "othak-athik gathuk" dengan ilmu mengira, apalagi kalau yang melihat adalah orang awam. Oh ini lukisan mirip bentuk itu, mirip bentuk ini dll. Hal itu sah-sah saja. Akan lebih baik kalau ada pihak ketiga yaitu sang kurator yang membantu menjembatani arti karya lukisan abstak tersebut, atau bisa juga melalui membaca konsep di katalog dari pameran karya pelukisnya. Banyak tokoh pelukisnya abstrak dunia seperti: Wassily Kandinsky, Jackson Pollock, Piet Mondrian, Mark Rothko dll. Tokoh pelukis abstrak dari Indonesia juga banyak, adalah: Fajar Sidik,Aming Prayitno, Edi Sunaryo, Nashar, Achmad Sadali, But Mochtar dll. Bahkan menurut pelukis Prof Dr Chryshnanda Dwilaksana, Nashar adalah sosok tonggak dan martir seni rupa abstrak Indonesia (dalam buku Kidung Jiwa Nashar, Kampoeng Semar, penerbit: Rumah Gagas Kreatif, 2021). [caption id="attachment_372573" align="alignnone" width="617"] Karya Yulianto Liestiono yang berjudul "Abstrak diatas kertas koran 3", media akrilik , 35x29 cm, 2020 [Dok][/caption]  Menurut Mike Susanto dalam Jeihan: Maestro Ambang Nyata dan Maya (2017), seni abstrak merupakan sebagai ciptaan seni yang mengandung garis, bentuk dan warna yang sifatnya bebas atau tidak terkait dengan bentuk alam. Seni lukis abstrak Indonesia banyak kemajuan yang didukung oleh para pelukis dari Bandung (AD Pirous, Achmad Sadali, But Mochtar dll) dan pelukis dari Yogyakarta ( Fajar Sidik, Aming Prayitno, Edi Sunaryo dll). Mulai era 1970 ke atas banyak bermunculan pelukis-pelukis akademis yang tertarik menekuni seni lukis abstrak. Yang luar biasa adalah sosok Nashar yang justru bukan dari kalangan akademis (yang terkenal dengan 3 non, non konsep, non teknik, non estetik) justru menjadi tonggak seni lukis abstrak Indonesia. Nashar pernah dikritik oleh banyak kawan diantaranya Sujoyono dan dikatakan bahwa Nashar tidak berbakat dan karyanya jelek , namun Nashar justru semakin semangat dengan hasrat percaya dirinya, tetap saja terus melukis sampai akhir hayat. Abstraksi Beda dengan Abstrak Abstraksi adalah sebuah aksi tindakan olah rasa, pikir , dan imajinasi yang kreatif dari seorang seniman dalam berkarya. Suatu contoh; lukisan karya Abas Alibasyah dan Suwaji, yang kadang mereka berdua suka melukiskan obyek topeng-topeng dengan gaya dan stylenya yang khas masing-masing, itu menurut saya adalah sebuah abstraksi dari hasil kerja kreatif. Obyek topeng hanya untuk memantik kreasi untuk digambarkan secara bebas non realis tetapi bukan abstrak, artinya wujud bentuk topeng masih kelihatan jelas. Kalau abstrak adalah salah satu hasil dari abstraksi si seniman yang menghasilkan wujud garis, warna, bidang, bentuk liar secara bebas tidak beraturan dan non figuratif benar-benar abstrak . #penampakan roh abstrak pada karya Yulianto Liestiono Melihat karya abstrak Yulianto liestiono, serasa pikiran, rasa dan imajinasi kita diajak "wisata estetika" menikmati guratan sapuan kuas berbagai warna saling berbenturan tumpang tindih yang liar tanpa beban, rasa plong. Dengan komposisi yang enak, sesekali dimunculkan sapuan kuas warna hitam menambah keharmonisan karya abstraknya. Pilihan aliran abstrak pada sosok Yulianto tentu saja sudah dipikirkan secara matang semenjak ia menekuni kuliah di jurusan seni lukis STSRI ASRI Yogyakarta (sekarang FSR ISI Yogyakarta). Jejak langkah wujud pada kualitas bobot karyanya terlihat sangat menerima dan memahami serius ilmu-ilmu kesenirupaan dari para suhunya, Fajar Sidik, Aming Prayitno, Edi Sunaryo dkk yang ikut meramaikan dan memajukan seni lukis abstrak Indonesia. Misalnya karya Yulianto yang berjudul "Abstrak di atas koran 1", medium akrilik di kertas koran, tahun 2020, menunjukkan indikasi perjalanan proses kreatif Yulianto yang cukup dinamis dan realistis.Berkarya membuat lukisan tidak harus di atas kanvas, barang bekas pun jadi. [caption id="attachment_372575" align="alignnone" width="720"] Karya Yulianto Liestiono yang berjudul "Abstrak diatas kertas koran 1", media akrilik , 35x29 cm, 2020 [Dok][/caption]  Karya ini saya lihat benar- benar abstrak, tak ada bentuk figuratif yang menampakkan sesuatu obyek tertentu seperti lukisannya Suwaji maupun Abas Alibasyah. Melukis abstrak adalah "tidak ngawur" jelas Yulianto pada keterangannya di salah satu sesi diskusi Kamisan Kampoeng Semar. Saya melihat wujud abstraksi ini benar murni berangkat dari kejujuran rasa dan gejolak jiwanya. Saya merasa melihat karya ini sebagai wujud yang full energi kreatif tanpa berpikir laku atau tidaknya. Orang lain suka syukur, tidak pun juga tidak mengapa. Mata imajinasi dan rasa pikiran saya digiring untuk terbang tinggi sebagai penglihatan "mata elang" atau kamera drone yang sedang memetakan suatu daerah di bumi. Banyak himpitan rumah gedung, jalan, sungai, pohon dll yang diolah secara imajinatif full abstrak oleh pelukisnya. Bak foto satelit ke arah bumi yang sangat luas dan di zoom, akan muncul simbol-simbol yang abstrak seperti karya Yulianto. Tentunya ini analsia saya secara subyektif yang orang lain mungkin bisa berpendapat beda. Saya melihat ada penciptaan simbol-simbol artistik melalui kolaborasi garis, bentuk liar dinamis warna, komposisi, sapuan kuas secara lugasyang dimanage secara harmonis, dalam wujud pungkasan sebuah karya lukisan abstrak yang apik. Tak heran pria kelahiran Magelang tahun 1957 dan lulusan ISI Yogyakarta tahun 1985 ini, cukup pengalaman dalam olah kreatif melukis. #penampakan roh abstrak pada karya Yulianto Liestiono Bahkan sosok Yulianto juga pernah mendirikan dan mengelola sebuah galeri seni rupa "Millenium" di jl. Fatmawati, Jakarta Selatan. Meskipun karya Yulianto "terlihat monoton, senada" tetapi tetap menjadikan branding style personal diri yang cukup baik. Merupakan sebuah cerminan dari "jam terbang"nya yang cukup lama menggeluti dunia seni rupa. Maka dari itu karya-karya Yulianto liestiono merupakan refleksi dari "penampakan roh abstrak" dari suara dan gejolak jiwanya. Memang berkarya seni rupa, seniman ada dituntut dan ditantang untuk melahirkan karya-karya, yang kalau orang Bali menyebutnya, karya yang ber "taksu" atau ada mengandung "roh", kalau sosok pelukis Widayat bilang karya harus ada getaran "Greng" nya, apapun bentuk dan wujud karya itu.   Kasongan, Bantul, Minggu, 1 Agustus 2021. #penampakan roh abstrak pada karya Yulianto Liestiono

Topik:

Roh Abstrak Yulianto Liestiono Lukisan Abstrak