Pengamat Sebut Indeks Kebahagiaan Hanya Aksesori Politik Belaka!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 23 September 2022 20:20 WIB
Jakarta, MI - Melorotnya sejunlah daerah atas indeks kebahagian yang dilansir BPS, tidak perlu dijadikan pergunjingan serius. Karena indeks kebahagian tersebut tidak cukup mewakili realitas sebenarnya. "Saya lebih senang menyebut sebagai aksesori politik belaka,' ujar peneliti kebijakan publik IDP-LP, Riko Noviantoro, kepada Monitor Indonesia, Jum'at (23/9). Menurutnya indeks kebahagiaan yang dilansir BPS tidak mampu mengungkap realitas yang mendalam. Hal tersebut terlihat pada tiga indikator yang digunakan, yakni kepuasan hidup, perasaan dan makna hidup. Tiga parameter tersebut, lanjut Riko terlalu luas dan sulit diukur secara baik. Variabel nya menjadi tidak konsisten yang memicu bias hasil riset. "Kepuasan hidup sebagai contoh relatif mengikir kondisi saat ini. Tidak bisa melihat kondisi tiga tahun ke belakang, " ungkapnya. Apalagi, tamnbag dia objek yang dimintai pendapat adalah individu yang sedang mengalami penurunan kehidupan dalam setahun terakhir sudah barang tentu penderitaan setahun menghapus kenyamanan 2 tahun. Tentu saja, Riko berharap indeks kebahagiaan ini bisa disandingkan dengan indeks lainnya. Sehingga dapat lebih mengikit keberhasilan pembangunan terhadap kanfaatan publik. "Sudah barang tentu fasilitas publik yang lebih baik meningkstkan kepuasan hidup dan sebagainya, " ujarnya. Misalkan saja, sambung Riko perbaikan layanan publik di Jakarta sudah pasti meningkstkan kenyamanan publik. Hal itu memberins makna kepuasan hidup bisa meningkat. Apalagi di Jakarta banyak program yang terlaksana. Mulai dari bantuan bagi warganya sampai hal lain.
Berita Terkait