Jokowi Optimistis Indonesia Bisa Jadi "Raja" Baterai Kendaraan Listrik, Mukhtarudin: Harus Kita Dukung

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 19 Desember 2022 23:44 WIB
Jakarta, MI- Anggota Komisi VII DPR RI, Mukhtarudin menyambut positif sikap presiden Jokowi yang merasa optimistis bahwa Indonesia bisa jadi "Raja" baterai kendaraan listrik. "Optimisme Presiden Jokowi bahwa Indonesia akan menjadi "Raja" Baterai kendaraan Listrik (Electric Vehicle/EV) tentunya harus kita dukung," ucap Politikus Partai Golkar itu kepada wartawan, Senin (19/12/2022). Adapun bentuk dukungan yang diberikan, Mukhtarudin menegaskan bahwa hal itu tentu harus sesuai atau mengacu pada posisi masing-masing. "Kami di legislatif, memberikan dukungan antara lain dengan pengajuan Rancangan Undang-Undang Energi Baru & Energi Terbarukan (RUU EBET) yang salah satu semangatnya adalah akselerasi/percepatan penggunaan energi baru & terbarukan seperti kendaraan berbasis listrik/ Electric Vehicle (EV) ini. Begitu juga dengan program hilirisasi tambang oleh Presiden Jokowi, kita wajib dukung," ujar dia. Selain bentuk dukungan regulasi, Mukhtarudin mengatakan, DPR memandang visi pemerintah terkait Indonesia menjadi pemain utama dalam hal penyediaan baterai kendaraan listrik juga cukup rasional. Jika di lihat dari aspek ekonomi maupun ketenagakerjaan. "Karena akan menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi produk- produk tambang tersebut, akan membuka banyak lapangan kerja baru didalam negeri dan yang pasti akan meningkatkan pendapatan negara dari sektor tambang," kata dia. Meski begitu, Mukhtarudin juga tak menampik ikhwal potensi intervensi dari negara-negara adidaya ketika Indonesia jadi negara yang memiliki sumber daya alam tak terbatas dalam konteks ini yakni bahan baku baterai kendaraan listrik. "Ini adalah tantangan besar bagi siapapun Presiden di Indonesia. Fakta hingga sekarang serta sejarah dunia membuktikan bahwa negara-negara yang kaya SDA seperti terkena "kutukan" kesejahteraan. Liberia, Kongo & Madagaskar di benua Afrika maupun Afganistan & Nepal di Benua Asia adalah contoh negara-negara yang memiliki kekayaan SDA namun tidak mampu keluar dari status sebagai negara miskin," paparnya. Sebaliknya, lanjut Mukhtarudin menjelaskan, negara-negara barat dengan kekuatan SDM dan kapital yang mereka miliki cenderung mampu mengontrol negara miskin-berkembang yang memiliki kekayaan SDA tersebut. "Kita harus belajar dari sejarah tersebut. Indonesia yang sudah memiliki Kekayaan SDA ini harus memiliki roadmap hilirisasi, peningkatan SDM hingga pendanaan, dalam hal ini dibidang EV serta konsisten melaksanakannya. Bila hal ini sudah dilakukan, saya berkeyakinan Indonesia menjadi "raja" baterai mobil listrik bukan hal yang mustahil," tandasnya. Mukhtarudin juga menyoroti keseriusan pemerintah dalam mengelola hilirisasi sektor tambang. Dengan adanya keseriusan ini, kata dia, hilirisasi sektor tambang menjadi semacam tonggak sejarah di mana hal yang dulu dianggap mustahil untuk dilakukan kini hal itu terwujudkan. "Pembangunan Smelter itu adalah proyek besar hilirisasi yang dulu tidak dilakukan oleh Pemerintahan sebelum Presiden Jokowi. Ketika ini digencarkan, tentunya negara-negara yang selama ini mendapatkan keuntungan dari impor mentah bahan tambang dari Indonesia menjadi gusar, termasuk negara-negara Uni Eropa dengan menggugat ke WTO," tegasnya. "Kita tentunya tidak boleh menyerah. Strategi hilirisasi pertambangan yang diantaranya dengan pembangunan banyak smelter untuk ragam jenis bahan tambang di dalam negeri harus dibarengi dengan kelincahan Diplomasi perdagangan Internasional Indonesia di sisi lainnya," tambahnya. Mukhtarudin menyarankan agar Pemerintah merealisasikan visi besarnya soal cita-cita Indonesia menjadi pemain utama dalam hal penyediaan baterai untuk kendaraan listrik secara serius. "Konsisten lah dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah dibidang ekosistem EV ini. Terlebih pasca Pemerintahan Presiden Jokowi nanti. Seperti hilirisasi produk pertambangan, penciptaan ekosistem EV serta peningkatan TKDN-nya," pungkasnya. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku optimistis bahwa Indonesia bisa menjadi "raja" baterai kendaraan listrik (electric vehicle/ EV). Optimisme itu diungkapkan Presiden Jokowi saat membuka Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia 2022, Jumat (02/12/2022). Bukan tanpa sebab, keyakinan Jokowi itu didasarkan pada pengalamannya tatkala bertemu tiga delegasi besar internasional yang mendatanginya dan menanyakan soal rencana transisi energi dan transformasi digital. Salah satu yang ditanyai delegasi tersebut yaitu perihal program baterai kendaraan listrik. "Juga tanya mengenai program EV battery kita. Ini kekuatan yang harus kita sadari. Sehingga beberapa kali saya sampaikan yang kita bangun ini ekosistem besar, bukan proyek kecil kecil. Oh ini ada proyek di Morowali, di Batang, yang ingin kita bangun sebuah ekosistem besar sebagai contoh ekosistem EV battery untuk mobil listrik maupun untuk sepeda motor listrik," ungkap Jokowi saat membuka Rapimnas Kadin 2022, Jumat (02/12/2022).
Berita Terkait