Para Bankir Bersenang-senang Dibalik Kenaikan Suku Bunga Acuan, Darmadi: Rakyat Juga Harusnya Dipikirkan

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 9 Januari 2023 19:38 WIB
Jakarta, MI- Para Bankir dianggap banyak mendapatkan manfaat dibalik kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia. Hal itu sebagaimana dilontarkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam sebuah acara CEO Banking Forum. "Kalau bicara tentang interest rate naik itu Anda sebetulnya malah menari-nari di atas penderitaan semua orang. Saya beda sekali kalau bicara tentang kenaikan suku bunga, Anda kayaknya wajahnya malah lebih bahagia gitu," kata Sri Mulyani di depan para bankir dalam acara CEO Banking Forum, Senin (9/1/2023). Menanggapi hal itu, Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Darmadi Durianto mengaku miris ketika Menkeu menyebut dibalik kenaikan suku bunga acuan para bankir justru bersenang-senang. "Tentu ini satu pernyataan yang bertolakbelakang dengan kondisi di luar sana. Di mana misalnya, pelaku UMKM kita cukup terdampak dengan adanya kenaikan suku bunga acuan. Mestinya Menkeu keluarkan kebijakan semacam restrukturisasi kredit bagi UMKM kalau memang punya keberpihakan," tandas Anggota Komisi VI DPR RI itu. Selain itu, kata dia, gambaran tentang kondisi ekonomi rakyat di bawah mestinya jadi bahan refleksi para pemangku kebijakan. "Termasuk Menkeu. Mestinya dalam kondisi ekonomi yang dalam bayang-bayang resesi dan lainnya. Semua komponen bangsa ditekankan tentang kegotongroyongan bukan hanya memikirkan satu kelompok saja (para bankir)" tegas dia. Pakar Ekonomi dari Institute Wiyatamandala Business School ini juga menekankan, kenaikan suku bunga acuan harusnya dibarengi dengan beragam kebijakan relaksasi yang memadai dan terukur. "Suku bunga naik harusnya dibarengi dengan relaksasi kebijakan di sektor keuangan. Tadi misalnya soal restrukturisasi kredit, kemudahan akses kredit bagi pelaku UMKM dan lainnya," saran Doktor Ilmu Hukum lulusan Universitas Borobudur itu. Darmadi menegaskan, kenaikan suku bunga acuan yang diluncurkan BI sudah sangat terasa dampaknya ke masyarakat di bawah. "Ini bisa mengerek inflasi. Harga kebutuhan pokok di bawah sudah banyak yang naik, tapi daya beli masyarakat kita kan stagnan. Tentu ini harus jadi concern pemerintah agar inflasi tetap terjaga dan tidak berdampak serius kepada masyarakat," tandasnya. Oleh karenanya, kata dia, disamping menaikkan suku bunga acuan, pemerintah mestinya membentengi ekonomi rakyat dengan kebijakan yang bisa membuat semuanya tersenyum. "Jangan hanya para bankir saja yang bisa bersenang-senang dan tersenyum dibalik kenaikan suku bunga acuan. Rakyat juga harus dipikirkan agar mereka tak lagi gelisah dan menangis memikirkan harga-harga kebutuhan pokok naik imbas kenaikan suku bunga acuan," lirih Bendahara Megawati Institute itu. Darmadi juga menyoroti kebijakan pemerintah melalui BUMNnya yakni PNM yang memberikan fasilitas kredit kepada para pelaku UMKM. Menurutnya, fasilitas kredit yang diberikan PNM melalui program mekaar justru memberatkan rakyat dalam hal ini para pelaku UMKM. "Pemberian suku bunga melalui program mekaar seperti rentenir. Bunganya 23 sampai dengan 25%. Bagaimana ekonomi rakyat mau tumbuh dan bergeliat jika suku bunganya tinggi begitu. Hal ini harus jadi perhatian serius pemerintah termasuk Kemenkeu," pungkasnya. Diketahui, akhir tahun 2022 Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan hingga 5,5%. Kenaikan suku bunga dilakukan guna mengantisipasi ancaman resesi global.

Topik:

Bankir
Berita Terkait