Gabung Prabowo-Gibran, Pengamat: Apakah PKB dan Nasdem Sudah Putus Urat Malunya?

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 6 Mei 2024 14:34 WIB
Pakar Komunikasi politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing (Foto: Ist)
Pakar Komunikasi politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Pakar Komunikasi politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing, menilai soal gabungnya Nasdem dan PKB ke koalisi Prabowo-Gibran sangat tak sejalan dengan tagline yang mereka bawa saat Pilpres 2024.

Menurut Emrus, alasan rakyat memilih pasangan Anies-Muhaimin saat Pilpres kemarin karena tagline yang ditawarkan koalisi tersebut. 

"Nasdem sama PKB bergabung sangat tidak sejalan dengan tagline mereka. Mereka kan membawa tagline perubahan kan? Restorasi perubahan itu mereka bawa, sehingga rakyat memilih mereka, sehingga rakyat memilih Anies kan," kata Emrus saat dihubungi Monitorindonesia.com Senin (6/5/2024). 

Kata Emrus, tagline perubahan dan keberlanjutan adalah dua kutub yang berbeda dan berlawanan. Sehingga gabungnya Nasdem dan PKB ke kubu Prabowo-Gibran dapat diartikan menelan ludah sendiri. 

"Jadi boleh dikatakan mereka ini bisa dipersepsikan publik nanti menelan ludah sendiri. Kenapa? Karena perubahan kemarin kan anti tesis keberlanjutan kan," ujarnya. 

"Jadi dua kutub yang saling berseberangan yang kontradiktif yang merupakan tesis dan anti tesis kan. Jadi sangat tidak elok PKB, sangat tidak elok di mata publik PKB sama Nasdem bergabung," lanjutnya. 

Emrus menilai, PDIP masih lebih masuk akal jika memutuskan untuk bergabung kepada koalisi Prabowo-Gibran ketimbang koalisi perubahan yang jelas-jelas sangat berlawanan antara visi dan gagasan yang dibawa. 

"Kalau PDIP bergabung koalisi masih masuk akal, artinya kalau mau bicara tagline campaign harusnya PDI yang berkoalisi dengan Prabowo karena ada perubahan dan lanjutkan kan," ucapnya. 

Sementara Nasdem dan PKB yang kemarin bersama PKS jelas-jelas mendukung Anies-Muhaimin seharusnya malu terhadap rakyat yang sudah memilih mereka karena menginginkan perubahan. 

"Apakah PKB sama Nasdem sudah putus urat malunya? Makanya saya menyarankan PKB sama Nasdem sejatinya di oposisi, karena taglinenya yang dibawa," tandasnya 

"Karena memang tagline itu lah yang mereka dipilih rakyat. Nah lucu sekali ketika dipilih atas tagline perubahan lalu bergabung, kan seolah-olah suara rakyat "diperjualbelikan" rakyat kan kecewa," tambahnya.