Survey: Citranya Cukup Baik, Banyak Sukarelawan Politik Berasal dari Kelompok Ekonomi Bawah

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 5 Desember 2022 19:19 WIB
Jakarta, MI - Sikap publik dalam memandang citra sukarelawan politik pendukung partai maupun tokoh tertentu hampir seimbang, namun kebanyak dari mereka berasal dari kalangan ekonomi bawah Survey yang dilakukan Litbang Kompas pada 22-24 November 2022 itu menunjukkan 41,3 persen responden menyatakan bahwa citra sukarelawan politik baik. Sedangkan mereka yang menyatakan sukarelawan buruk adalah 39,7 persen. "Kondisi ini dipengaruhi oleh meningkatnya gerakan mereka untuk saling unjuk kekuatan dalam mendukung tokoh potensial menjadi capres mendatang atau pejabat yang sedang berkuasa, menurut hasil survey itu seperti dikutip, Senin (5/12). Pada saat yang sama, 43,8 persen responden menyatakan tak berminat untuk menjadi sukarelawan. Sementara, dari jumlah responden yang bersedia menjadi relawan, hanya 7,3 persen yang berminat menjadi sukarelawan politik. Menurut hasil kajian itu, mayoritas mereka lebih memilih menjadi sukarelawan sosial-kemanusiaan (37,2 persen). Adapun minat menjadi sukarelawan tersebut berbeda jika dilihat dari usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi responden. "Dilihat dari usia, responden yang berminat menjadi sukarelawan terbanyak ada di usia 24-39 tahun (sekitar 50 persen) dan disusul 40-55 tahun (30 persen), menurut hasil survey tersebut. Perempuan lebih banyak yang berminat menjadi sukarelawan di bidang kebersihan-lingkungan. Sedangkan laki-laki lebih banyak berminat menjadi sukarelawan sosial-kemanusiaan dan sukarelawan politik. Sementara itu, dilihat dari latar belakang pendidikan, yang berminat menjadi sukarelawan sosial-kemanusiaan datang dari kelompok responden berpendidikan menengah. Responden yang berpendidikan dasar lebih berminat menjadi sukarelawan kebersihan-lingkungan dan politik. Sementara itu, dilihat dari tingkat sosial ekonomi, responden dari kalangan menengah ke bawah berminat menjadi sukarelawan sosial-kemanusiaan dan kebersihan-lingkungan. Sementara responden dari kalangan bawah lebih berminat menjadi sukarelawan politik. Kalangan berpendidikan tinggi dan dari kelompok sosial ekonomi atas umumnya tak terlalu berminat jadi sukarelawan. Kendati minat menjadi sukarelawan tergolong rendah, namun publik meyakini pada tahun-tahun politik menjelang Pemilu 2024 akan banyak orang yang menjadi sukarelawan politik. Fenomena ini didasari meningkatnya intensitas sukarelawan pendukung capres atau pemerintah yang berkumpul unjuk kekuatan di berbagai daerah. Fakta lainnya menunjukkan responden menganggap keberadaan sukarelawan merupakan kelompok eksklusif dalam masyarakat (68,5 persen). Citra tersebut juga tidak lepas dari penilaian bahwa kerja sukarelawan masih mengharapkan imbalan. Fenomena itu bisa dikaitkan dengan bagi-bagi uang dalam penggalangan massa atau lebih jauh lagi bagi-bagi jabatan ketika tokoh yang sukarelawan politik dukung berkuasa. Namun, masih ada 44,5 persen responden yang meyakini kerja para sukarelawan masih murni tanpa mengharapkan imbalan. Adapun survei dilakukan lewat wawancara telepon pada 22-24 November 2022 dengan melibatkan 508 responden dari 34 provinsi diwawancara dan sampel ditentukan secara acak dari responden Litbang Kompas sesuai jumlah penduduk di tiap provinsi.