Antisipasi Covid-19 Varian Arcturus, Anggota Komisi IX DPR Minta Pemerintah Gencarkan Testing dan Tracing

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 19 April 2023 00:16 WIB
Jakarta, MI- Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta Pemerintah dapat menggencarkan surveilans, yaitu, kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data serta informasi terkait kasus COVID-19 varian Arcturus yang telah terdeteksi di Indonesia jelang Lebaran 2023. Selain itu, Netty juga meminta agar pemerintah dapat meningkatkan testing dan tracing. "Tingkatkan testing dan tracing, terutama di pintu kedatangan luar negeri dan di perbatasan wilayah atau daerah yang menjadi tujuan mudik lebaran 2023," kata Netty, Selasa (18/4/2023). Netty juga meminta agar pemerintah memfokuskan strategi penanganan kasus terhadap kelompok-kelompok yang rentan terpapar varian Arcturus. "Varian baru ini menyasar kelompok-kelompok rentan seperti lansia, anak-anak dan orang yang belum divaksin. Pemerintah perlu memfokuskan strategi penanganan pada kelompok-kelompok tersebut," katanya. Tak hanya peningkatan surveilans, Netty juga meminta pemerintah memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang varian Arcturus ini agar masyarakat waspada. "Jelaskan gejalanya, bagaimana penanganannya dan cara mencegah penularannya. Jangan sampai masyarakat lengah karena merasa pandemi telah selesai," katanya. Politikus PKS ini juga meminta pemerintah agar menggalakan kembali program vaksin gratis nasional. "Program vaksin gratis harus digencarkan lagi agar  individu yang belum divaksin bisa dengan mudah mengakses vaksin di faskes terdekat," katanya. Menurut Netty, pemerintah bisa membuat skema program mudik gratis dengan syarat mau divaksin saat pendaftaran program tersebut. "Hal ini tentunya akan semakin meningkatkan capaian vaksin nasional," pungkas Netty. Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mendeteksi dua kasus subvarian Omicron XBB.1.16 yang dikenal dengan nama Arcturus. Gejalanya hampir sama dengan varian lainnya, yaitu: demam, batuk, pilek, nyeri sendi, sakit kepala dan ditambah konjungtivis (peradangan selaput mata). Dikabarkan sudah 22 negara yang melaporkan adanya kasus varian ini.
Berita Terkait