Upaya Pembunuhan PM Irak Pakai Drone Gagal

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 8 November 2021 07:59 WIB
Monitorindonesia.com - Tokoh senior di Irak mengatakan serangan pesawat tak berawak di rumah Perdana Menteri (PM) Irak, Mustafa al-Kadhimi kemarin terkait dengan kelompok militan dukungan Iran yang berusaha untuk membatalkan hasil pemilu bulan lalu. Serangan itu menandai eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya antara para pemimpin negara itu dengan kelompok militan yang berusaha membunuh Khadami. Serangan juga yang pertama dari jenisnya terhadap seorang perdana menteri sejak invasi pimpinan AS untuk menggulingkan Saddam Hussein hampir 19 tahun yang lalu. Kadhimi mengalami cidera ringan ketika sebuah pesawat tak berawak meledak di dekat pintu depan kediamannya di zona hijau Baghdad. Tujuh pengawalnya menderita luka berat meskipun tidak ada yang mengancam jiwa. Data intelijen regional menyatakan serangan itu kemungkinan diluncurkan oleh kelompok-kelompok terkait Iran yang kehilangan dua pertiga kursi parlemen mereka dalam pemilu. Mereka mencoba menyerbu zona hijau pada Jumat lalu sebelum dipukul mundur oleh pasukan keamanan. Apakah serangan itu diperintahkan oleh Iran masih belum jelas. Dominasi politik di Baghdad antara kepentingan nasionalis dan blok-blok yang bersekutu dengan Iran sekali lagi diperebutkan dengan panas dalam kondisi yang semakin tidak dapat diprediksi. “Kami mengatakan milisi melakukan ini,” kata seorang pejabat Irak yang tidak mau disebutkan namanyan seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (8/11). Menurutnya, setidak pihak Iran pasti tahu dengan serangan itu. Khadimi kemarin dikabarkan selamat dari serangan drone yang berisi bahan peledak dan melintas di atas kediaman Mustafa di Baghdad. "Sebuah pesawat tak berawak mencoba menargetkan kediaman [Perdana Menteri]," kata pejabat setempat. Serangan itu menimbulkan ledakan yang mengakibatkan tujuh petugas keamanan pribadi Mustafa terluka. Militer Irak menyatakan Mustafa dalam keadaan sehat dan tidak terluka. Sementarra itu, Amerika Serikat mengutuk serangan pesawat tak berawak terhadap Mustafa tersebut. AS menyebut serangan itu sebagai tindakan terorisme. "Kami lega mengetahui bahwa perdana menteri tidak terluka. Tindakan terorisme yang nyata ini, yang kami kutuk keras, diarahkan ke jantung negara bagian Irak," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price. Price menyatakan AS sudah menawarkan bantuan kepada Irak untuk menyelidiki serangan itu.[Yohana RJ]

Topik:

Irak Drone Militer Drone