Waspada Uang Palsu Jelang Idul Fitri, Begini Tips dari Polda Jateng

Aan Sutisna
Aan Sutisna
Diperbarui 10 April 2022 18:54 WIB
Semarang, MI - Transaksi ekonomi dan peredaran uang pada bulan Ramadan dan Idul Fitri diprediksi tinggi atau meningkat tajam, sehingga peredaran uang palsu juga meningkat. Untuk itu, Polda Jawa Tengah meminta masyarakat waspada dan berhati-hati ketika menukar uang atau bertransaksi jual beli secara tunai. Kapolda Jawa Tengah melalui Kabidhumas Kombes Pol M Iqbal Alqudusy menegaskan, momen Tahun Baru, Ramadan, dan Idul Fitri merupakan momen rawan beredarnya uang palsu di tengah masyarakat. "Pengedar uang palsu memanfaatkan kelengahan para pedagang atau penjual di pasar yang sibuk melayani pembeli, sehingga tidak mengawasi keaslian uang yang diterima," kata Iqbal, Minggu (10/4). Karena itu, ia mengingatkan masyarakat perlu lebih hati-hati dan teliti dalam menggunakan uang tunai saat bertransaksi. "Sebaliknya, ketika ada masyarakat yang menggunakan, membelanjakan, atau mengedarkan uang palsu, maka ada ancaman sesuai undang-undang yaitu 15 tahun penjara. Untuk itu, masyarakat diminta tidak terlibat dalam kejahatan jenis ini," terang Kabidhumas. Pihaknya meminta masyarakat dapat membedakan uang asli dan uang palsu dari ciri-ciri fisik yang ada pada uang tersebut. Iqbal yang mengutip dari beberapa rujukan menyebut ada tiga perbedaan uang asli dan uang palsu. Pertama, dari perbedaan warna. Warna antara uang asli dan uang palsu sulit dibedakan, tetapi ada baiknya Anda lebih teliti dalam melihat warna dari uang tersebut. Kedua, perbedaan bahan baku. Uang rupiah asli memiliki bahan baku dari serat kapas. Rupiah asli juga dilengkapi dengan benang pengaman yang warnanya dapat berubah jika dilihat dari sudut pandang tertentu. Sementara, uang rupiah palsu tidak akan memiliki bahan baku yang tidak sama dengan bahan baku uang asli. Ketiga, tekstur uang. Perbedaan uang asli dan uang palsu terlihat pada tekstur kertas. Pada uang asli kasar terutama pada bagian lambang negara. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh pelaku pemalsuan uang. "Sangat sulit meniru membuat tekstur kasar pada bagian lambang negara," tandas Iqbal. Sementara itu, jika merujuk pada metode Bank Indonesia, imbuh Iqbal, terdapat panduan langkah untuk mengecek keaslian uang dengan metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Pertama, dilihat. Lihatlah perubahan warna pada benang pengaman dan perisai logo Bank Indonesia pada pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu. Temukan juga perubahan warna angka pada pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, Rp 20 ribu, dan Rp 10.000. "Misal warga masyarakat tidak menemukannya, patut dicurigai bahwa itu uang palsu," ucap Kabidhumas. Kedua, diraba. Pada uang asli, masyarakat akan merasakan tekstur yang kasar pada gambar utama, gambar lambang negara, dan angka nominal huruf terbilang. Tekstur kasar juga ada di frasa "NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA" dan frasa "BANK INDONESIA". Ketiga, diterawang. Arahkan uang pada cahaya. Pada pecahan tertentu, uang asli akan memunculkan gambar ornamen dan gambar pahlawan. Selain itu, masyarakat juga akan menemukan logo Bank Indonesia yang utuh. Iqbal lantas memberikan beberapa tips agar masyarakat aman dari uang palsu saat bertransaksi. "Pertama, lakukanlah transaksi di tempat yang memiliki cukup cahaya. Kemudian, pastikan melakukan penukaran uang di tempat yang resmi," ujarnya. Dan, masyarakat diminta memaksimalkan melakukan transaksi secara non-tunai. "Apabila ada kecurigaan uang yang diterima adalah uang palsu, masyarakat jangan ragu menolak serta meminta ganti dengan uang yang lain," lanjut Kabidhumas. Namun, apabila warga masyarakat sudah terlanjur menerima, Kabidhumas mengimbau agar uang yang diduga palsu tetap disimpan dan jangan digunakan. "Selanjutnya warga agar segera lapor ke kantor polisi terdekat atau meminta klarifikasi ke bank, atau langsung ke kantor Bank Indonesia terdekat." terang Iqbal memungkasi. (Estanto) #idul fitri #idul fitri #idul fitri #idul fitri