PBB Mencoba Kembali Evakuasi Warga Sipil dari Mariupol Ukraina

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 6 Mei 2022 08:15 WIB
Jakarta, MI - Operasi ketiga sedang dilakukan untuk mengevakuasi warga sipil dari kota pelabuhan Mariupol di Ukraina dan pabrik baja Azovstal yang terkepung, kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada Dewan Keamanan PBB pada Kamis (5/5) waktu setempat. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) sejauh ini telah membantu hampir 500 warga sipil melarikan diri dari daerah itu selama dua operasi dalam seminggu terakhir. Guterres menolak untuk memberikan perincian tentang operasi baru itu "untuk menghindari merusak kemungkinan keberhasilan." "Saya berharap bahwa koordinasi yang berkelanjutan dengan Moskow dan Kyiv akan mengarah pada jeda kemanusiaan yang lebih banyak untuk memungkinkan warga sipil melewati pertempuran dan bantuan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan," katanya kepada Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 orang. "Kita harus terus melakukan semua yang kita bisa untuk mengeluarkan orang-orang dari neraka ini." Kepala hak asasi manusia PBB Michelle Bachelet mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa selama sekitar lima minggu dari akhir Februari di daerah sekitar Kyiv, "pasukan Rusia menargetkan warga sipil laki-laki, yang mereka anggap mencurigakan." Namun Rusia membantah menyerang warga sipil. "Para pria ditahan, dipukuli, dieksekusi mati dan, dalam beberapa kasus, dibawa ke Belarus dan Rusia, tanpa sepengetahuan keluarga mereka, dan ditahan di fasilitas penahanan pra-persidangan," katanya seperti dikutip dari CNA pada Jumat (6/5). Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, menggambarkan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh konflik sebagai "mengerikan" dan mengatakan meningkatnya korban sipil "sangat disesalkan." Dia meminta semua pihak untuk menahan diri secara maksimal agar tidak melukai warga sipil. "Mengirimkan senjata tidak akan memberikan perdamaian dan konflik tidak memiliki pemenang," kata Zhang, mendorong pembicaraan untuk mengakhiri perang. Guterres juga telah memperingatkan bahwa invasi Rusia pada 24 Februari di Ukraina bahkan memberikan tekanan yang lebih besar pada negara berkembang. Dia mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa dia siap untuk memfasilitasi pembicaraan tentang "mengintegrasikan kembali produksi pertanian Ukraina dan produksi makanan dan pupuk Rusia dan Belarusia ke pasar dunia, meskipun perang."