Sederet Kejanggalan Tewasnya Brigadir J di Rumah Kadiv Provam

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 12 Juli 2022 22:03 WIB
Jakarta, MI - Kasus baku tembak anak buah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo pada Jumat (8/7) kemarin mengakibatkan salah satu ajudannya yang bernama Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat tewas ditembak rekan sesama anggota Polri, yakni Bharada E meninggalkan sederet kejanggalan. Berikut sederet kejanggalan tewasnya Brigadir J di rumah Kadiv Propam. 1. Waktu kejadiannya, Jumat (8/7), tetapi kasus tersebut diungkapkan oleh Indonesian Police Watch (IPW) pimpinan Sugeng Teguh Santoso, Minggu (10/7). Kemudian Ahmad Ramadhan baru menginformasikan hal tersebut dalam konfrensi pers pertama pada Senin (11/7) siang jelang petang. 2. Ahmad Ramadhan sempat membeberkan kronologi berbeda terkait kasus tersebut. Dalam konfresi pers pertama, Ramadhan mengatakan bahwa sebelum tembak menembak berlangsung, Brigadir J sempat lebih dahulu mengacungkan senjata dan melakukan penembakan. “Bharada E menegur dan saat itu yang bersangkutan mengacungkan senjata kemudian melakukan penembakan dan Bharada E tentu menghindar dan membalas tembakan terhadap Brigadir J. Akibat penembakan yang dilakukan oleh Bharada E itu mengakibatkan Brigadir J meninggal dunia,” ujar Ramadhan. Dalam konfrensi pers kedua, Ramadhan mengatakan Brigadir J melakukan tindakan pelecehan serta menodongkan senjata pistol ke kepala istri Irjen Ferdy. “Kemudian mendengar teriakan dari ibu maka Bharada E yang saat itu berada di lantai atas menghampiri, dari atas tangga kurang lebih 10 meter bertanya ada apa, namun direspons dengan tembakan yang dilakukan Brigadir J. Akibat tembakan tersebut kemudian terjadilah saling tembak dan berakibat Brigadir J meninggal dunia,” kata Ramadhan. 3. Brigadir J menembak sebanyak 7 kali namun tidak satu pun mengenai Bharada E. Sedangkan, Bharada E menembak 5 kali 4 tembakan tepat sasaran ke tubuh Brigadir J. 4. Pihak keluarga mengatakan ada empat luka tembak di jenazah Brigadir J, dua luka ada di dada, satu luka tembak di tangan, dan satu luka tembak lain di bagian leher. Tak hanya luka tembak, pihak keluarga juga mengatakan adanya luka sayatan senjata tajam di bagian mata, hidung, mulut, dan kaki Brigadir J. Bahkan 2 ruas jari korban dilaporkan putus. Terkait luka sayatan itu, pihak Kepolisian hanya mengatakan itu terjadi akibat proyektil yang ditembakkan oleh Bharada E. “Iya, itu sayatan itu akibat amunisi atau proyektil yang ditembakan Bharada E,” ujar Ramadhan. 5. Samuel ayah Brigadir J mengatakan, saat jenazah Brigadir J tiba, pihak keluarga sempat tidak diizinkan untuk melihat atau membuka pakaian korban. Polisi juga melarang pihak keluarga untuk mendokumentasikan kondisi korban saat pertama kali tiba di rumah duka. "Awalnya kita dilarang, tapi mamak-nya maksa mau lihat dan pas dilihat saya langsung teriak lihat kondisi anak saya badannya lebam, mata kayak ditusuk dan ada luka tembak," kata Samuel. 6. Kamera pengawas (CCTV) di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo sudah mati sejak dua minggu lalu. "Kami juga mendapatkan bahwa di rumah tersebut CCTV-nya rusak kurang lebih dua minggu yang lalu, sejak dua minggu yang lalu. Sehingga tidak dapat kami dapatkan (rekamannya)," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto, di Mapolres Jaksel, Selasa (12/7). 7. Samuel ayah Brigadir J mengatakan, beberapa jam sebelum kejadian, Brigadir J dan keluarganya masih intens berkomunikasi. Saat itu, orang tua Brigadir J bersama adiknya sedang pulang ke kampung halaman, Balige, Sumatera Utara, untuk ziarah. Brigadir J selalu aktif memberi komentar setiap foto yang diunggah sang adik. "Waktu itu masih aktif chatting-an, setiap foto-foto selalu dikomentari. Dia bilang enak ya, katanya sama adiknya," jelas Samuel. Saat itu, Brigadir J sedang mendampingi keluarga perwira Polri tersebut ke Magelang. Kemudian berkomunikasi dengan sang ibu bahwa ia akan kembali ke Jakarta. Keluarga memperkirakan, perjalanan Magelang menuju ke Jakarta sekitar tujuh jam. Kemudian, mereka menghubungi Brigadir J untuk memastikan apakah sudah tiba di Jakarta. Namun saat itu Brigadir J tidak bisa dihubungi. Semua kontak di keluarganya telah diblokir. "Semua diblokir, kakaknya, dan yang lainnya diblokir," ujar Samuel. 8. Samuel ayah Brigadir J mengaku tidak dimintai persetujuan terkait proses autopsi yang dilakukan terhadap anaknya. Ia mendapati anaknya sudah dalam kondisi lebam di sekujur tubuh dan luka tembak di dada, tangan, leher, dan bekas jahitan hasil otopsi. "Tidak ada meminta persetujuan keluarga atas otopsi yang dilakukan," katanya. 9. Samuel mengatakan informasi meninggalnya Brigadir J tersebut tidak diterima langsung dari kepolisian, melainkan dari adik kandung Brigadir J yang juga bertugas di Mabes Polri.   #sederet kejanggalan tewasnya Brigadir J #kejanggalan tewasnya Brigadir J #9 kejanggalan tewasnya Brigadir J #kejanggalan-kejanggalan tewasnya Brigadir J

Topik:

Kasus baku tembak anak buah Kadiv Propam Polri Penembakan Anggota Polri Kadiv Propam Polri kejanggalan tewasnya Brigadir J