Faisal Basri: Utang Indonesia Jangan Hanya Dilihat dari Persentase PDB

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 24 Juli 2022 14:10 WIB
Jakarta, MI - Ekonom senior Faisal Basri, menilai posisi utang Indonesia tidak bisa hanya dilihat dari presentasenya terhadap produk domestik bruto (PDB). Karena secara rasio, utang Indonesia terlihat lebih kecil dari negara lain, salah satunya adalah Jepang. "Pemerintah Indonesia ini kan punya utang yang meningkat, tapi pemerintah bilangnya itu kecil, itu bandingkan sama Jepang. Jepang itu utangnya 215% dari PDB, Indonesia cuma 29 %, tapi jangan lupa Jepang juga ngasih Pinjam ke Amerika jadi dia ada debitur dan kreditur," kata Faisal dalam video yang beredar di media sosial seperti disaksikan Monitorindonesia.com, Minggu (24/7). Menurutnya, Indonesia mempunyai bunga yang tinggi dibandingkan dengan Jepang yang bunganya 0, persen yang mana bebannya jadi besar. "Kemudian Jepang utangnya itu 90% kepada rakyatnya sendiri. Jadi kalau bayar bunga uangnya enggak lari, Indonesia tertinggi di dunia hutangnya yang dipegang oleh asing. Jadi jangan menyesatkan juga dong gitu seolah-olah Indonesia hutangnya enggak ada apa-apa gitu," jelasnya. Indonesia, kata Faisal, berutang tinggi karena pengeluarannya meningkat sementara pendapatannya turun dengan tax rasio dalam 5 tahun. "Di era Pak Jokowi, setiap tahun tax rasio turun, sehingga bebannya naik. Pengeluarannya turun, akibatnya hutangnya tambah banyak. Nah, utang tambah banyak itu saya ingin katakan yang pertama alokasinya lebih banyak untuk material, kedua bayar bunga dan ketiga baru kapex, disitulah infrastruktur," tutupnya. Menurut Faisal, utang Indonesia menjadi salah satu negara yang mengkhawatirkan. Namun demikian, baru-baru ini utang pemerintah Indonesia kepada negara-negara luar atau ULN dilaporkan menurun. Hal ini terungkap dari data yang disajikan oleh Bank Indonesia, Jumat (15/7/2022). Bank Indonesia (BI) melaporkan ULN bulan Mei turun US$ 3,8 miliar dari bulan sebelumnya menjadi US$ 406,3 miliar atau sekitar Rp 6.094 triliun (kurs tengah BI 14 Juli Rp 14.999/US$). Dibandingkan Mei 2021, ULN tersebut mengalami kontraksi 2,6% year-on-year (yoy). Untuk utang pemerintah tercatat mengalami penurunan 3 bulan beruntun. Saat ini utang yang menjadi kewajiban pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo itu menjadi sebesar US$ 188,2 miliar. Dengan penurunan ULN pemerintah dan swasta tersebut, rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) turun menjadi 32,3% dari sebelumnya 32,6%.

Topik:

utang indonesia Faisal Basri