Sudirman Said: Pertumbuhan Ekonomi Kita Terus Diganggu oleh Penyakit Korupsi

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 17 Agustus 2024 11 jam yang lalu
Ketua Institut Harkat Negeri (IHN), Sudirman Said (Foto: Ist)
Ketua Institut Harkat Negeri (IHN), Sudirman Said (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Ketua Institut Harkat Negeri (IHN), Sudirman Said, mengatakan dari banyaknya pencapaian yang telah diraih oleh bangsa Indonesia selama 79 tahun Merdeka, ada satu penyakit serius yang sulit untuk dihilangkan.

Menurutnya, penyakit korupsi selalu menjadi ancaman besar bagi pencapaian cita-cita bernegara untuk memajukan kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

“Tidak mungkin kita terhindar dari ‘middle income trap’, bila kita tidak bisa keluar dari kubangan penyakit korupsi,” kata Sudirman saat menyampaikan Refleksi 79 Tahun Kemerdekaan kepada para mahasiswa di Jakarta, pada Sabtu (17/08/2024). 

Lebih lanjut Menteri ESDM 2014-2016 mengatakan, untuk menghindari perilaku aji mumpung, konflik kepentingan, hingga cara mengatasi penyakit korupsi sebagai gerakan nasional. 

Jebakan middle income lanjut Sudirman, hanya dapat dihindari bila investasi mengalir, ekonomi berjalan efisien, hukum tegak, aturan ditaati sebagai budaya. 

“Bila bangsa ini masih terus berkubang dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mustahil dapat mengentaskan 40% warga dari kemiskinan. Mustahil dapat mencapai keadilan sosial,” urainya.

Ia menilai, Indonesia sebagai bangsa dan negara yang merdeka telah mencapai banyak kemajuan baik di tingkat pendidikan maupun pertumbuhan ekonomi, hingga kemajuan infrastruktur dan kesehatan. 

Namun, ia mengingatkan terdapat risiko dan bahaya besar di depan mata, akibat cara berpikir instan dan kebiasaan menerobos aturan serta adanya praktik conflict of interest yang mengaburkan Batasan otoritas publik dengan kepentingan privat.

“Ukuran ekonomi kita bahkan berpotensi menjadi salah satu dari 10 kekuatan ekonomi terbesar di dunia,” katanya. 

”Tetapi potensi kita untuk melompat tinggi menjadi negara yang berwibawa dan sungguh kuat secara ekonomi, terus diganggu oleh penyakit korupsi, kolusi, dan nepotisme,” tambahnya.