Dampak Pilpres AS terhadap Konflik Laut China Selatan: Kamala Harris Diprediksi Tak akan Banyak Pedulikan Geopolitik, Trump Lebih Berani Mengganggu


Jakarta, MI - Tempat-tempat pemungutan suara Pilpres AS di enam negara bagian Amerika Serikat telah ditutup pada Selasa (5/11/2024) sore waktu setempat atau Rabu (6/11/2024) pagi WIB.
Enam negara bagian itu, yakni Georgia, Indiana, Kentucky, South Carolina, Vermont, dan Virginia. Untuk hasilnya belum diketahui secara pasti karena masih akan dilakukan proses penghitungan suara.
Meski demikian, sebagaimana dilansir Monitorindonesia.com dari AFP, jaringan televisi AS memproyeksikan Trump sebagai pemenang di Indiana dan Kentucky, sementara Kamala Harris sebagai pemenang di Vermont.
Amerika Serikat akan mengalami malam yang panjang untuk menunggu hasil Pilpres AS, yang mungkin akan diketahui dalam semalam atau bahkan berhari-hari.
Harris berusaha untuk menjadi presiden perempuan pertama AS, sementara Trump berusaha untuk kembali berkuasa setelah empat tahun tidak berada di Ruang Oval.
Pemungutan suara Pilpres Amerika 2024 masih dilangsungkan di beberapa negara lain dengan suara terakhir akan diberikan di Alaska.
Pilpres AS 2024 ini tentunya akan berdampak pada konflik Laut China Selatan.
Terkait hal itu, pengamat hubungan internasional, Suzie Sudarman menilai Kamala Harris diprediksi tidak akan banyak memedulikan geopolitik di Laut China Selatan.
Sementara pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, memprediksi Trump akan lebih "berani mengganggu kredibilitas dari nine dash line China”.
“Dengan berani berlayar di situ [Laut China Selatan], karena ini adalah hukum internasional,” katanya, Rabu (6/11/2024).
Nine dash line atau sembilan garis putus-putus adalah klaim klasik China atas wilayah mereka di Laut China Selatan. Pada saat yang bersamaan Trump, kata Rezasyah, diperkirakan bakal memperkuat aliansi bilateral, masing-masing dengan Filipina dan Vietnam.
Kemenangan Trump, menurut Rezasyah, akan berdampak pada ketegangan di kawasan, sebab China kemungkinan juga akan mencoba keberanian Trump.
"Misalnya dengan mengganggu Taiwan, dengan mengganggu aset-aset di Laut China Selatan. Memang suasana akan tegang, tapi untuk itu memang Trump membutuhkan coalition of the willing yang semakin banyak,” jelasnya.
Soal potensi ketegangan geopolitik jika Trump menang ini juga diutarakan mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, dengan asumsi Trump melanjutkan kebijakannya dalam periode pertama pemerintahannya.
Kemungkinan ketegangan itu muncul lantaran negara-negara sekutu di kawasan menghadapi ketidakpastian komitmen payung keamanan AS.
Negara-negara sekutu di kawasan kemungkinan terdorong untuk mengembangkan kemandirian kemampuan pertahanannya, termasuk pada bidang ballistic missile technology dan maritim. Ketegangan ini, menurut Marty, menganduk risiko “action-reaction”.
Topik:
Pilpres AS Konflik Laut China Selatan Donald Trump Kamala HarrisBerita Sebelumnya
INDEF Ungkap Dampak Pilpres AS terhadap Perdagangan Indonesia
Berita Selanjutnya
Erick Thohir Bakal Kocok Ulang Direksi dan Komisaris Garuda Indonesia
Berita Terkait

RI Beri Data Pribadi ke AS, Imparsial: Pengkhianatan Konstitusi dan Kedaulatan Negara
24 Juli 2025 20:29 WIB

Prabowo dan Trump Sepakat Bawa Hubungan Dagang Indonesia-AS ke Era Baru
16 Juli 2025 17:04 WIB