Ekonomi Kelas Menengah Terpuruk, Industri Mamin Terancam


Jakarta, MI - Kinerja industri makanan dan minuman (mamin) sepanjang kuartal I-2025 menunjukkan tren yang kurang menggembirakan.
Berdasarkan laporan Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim), sektor ini mengalami perlambatan signifikan akibat menurunnya daya beli masyarakat dan menyusutnya jumlah penduduk berpenghasilan menengah.
Hal ini tercermin pada indeks penjualan riil (IPR) untuk kelompok makanan, minuman dan tembakau yang hanya tumbuh 1,3% pada kuartal I-2025, jauh di bawah pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 7,5%.
"Penurunan ini selain karena daya beli melemah, juga karena penurunan masyarakat kelas menengah, yang kini sampai 9,5 juta orang. Nah ini yang sebenarnya kami melihat mempengaruhi banyak sekali kinerja industri minuman," ujar Ketua Umum Asrim Triyono Prijosoesilo dalam paparannya terkait kinerja industri makanan dan minuman pada 2025, Rabu (14/5/2025).
Selain itu, ia juga menilai adanya pergeseran pola hidup masyarakat terutama masyarakat kelas menengah, di mana mereka kini lebih berhati-hati dalam berbelanja barang.
"Karakteristik produk kita adalah bukan produk primer. Jadi tentunya pada saat dimana ada keadaan tekanan yang mungkin konsumen merasakan bahwa mereka harus berhati-hati membelanjakan uangnya, mereka mulai menelisik produk-produknya, mereka akan memprioritaskan barang apa yang akan dibelinya," jelas Triyono.
Meskipun berbagai faktor memengaruhi perlambatan industri makanan dan minuman (mamin), penurunan kelas menengah menjadi sorotan utama pelaku usaha.
Asrim menilai fenomena ini berpotensi memperdalam tekanan terhadap sektor yang selama ini sangat bergantung pada konsumsi domestik.
"Ini adalah beberapa kondisi atau faktor yang kami lihat, tentunya adalah penurunan kelas menengah itu menjadi utama. Kami melihat kalau ini memang, ini menjadi penurunan catatan bagi kita semua, kalau kita bisa, ini perlu diperhatikan," tandasnya.
Topik:
daya-beli-lesu konsumsi mamin