Investor Pasar Modal Tembus 17 Juta, Tapi IHSG Belum Bangkit

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 5 Juli 2025 10:48 WIB
Bursa Efek Indonesia (Foto: Dok MI)
Bursa Efek Indonesia (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Pasar modal Indonesia mencetak rekor baru, jumlah investor mencapai 17 juta orang per 3 Juli 2025, melewati target Bursa Efek Indonesia (BEI) yang hanya mematok pertambahan 2 juta investor baru.

Namun, di balik euforia pertumbuhan partisipasi, performa pasar justru menunjukkan tren pelemahan, menggambarkan kesenjangan antara lonjakan minat dan kepercayaan investor terhadap kinerja pasar.

Berdasarkan data resmi BEI yang dikutip Sabtu (5/7/2025), jumlah Single Investor Identification (SID) tercatat sebanyak 17.016.329, meningkat 11,42% dibandingkan posisi akhir 2024 yang berada di angka 14,87 juta investor.

Lonjakan ini disebut sebagai hasil dari strategi agresif BEI yang mengedepankan edukasi pasar, digitalisasi, dan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di seluruh Indonesia.

Sepanjang semester I 2025, BEI telah menggelar lebih dari 8.900 kegiatan edukasi, mulai dari Sekolah Pasar Modal hingga seminar daring dan luring di seluruh penjuru Indonesia. 

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan bahwa Galeri Investasi di berbagai kampus dan daerah juga memainkan peran penting dalam mendorong inklusi pasar modal.

Namun, peningkatan jumlah investor ini justru bertolak belakang dengan kinerja pasar saham. Berdasarkan data harian BEI per Jumat (4/7/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah di posisi 6.865,192, turun 0,19% dalam sehari dan terkoreksi 3,03% secara year-to-date (YTD).

Tak hanya indeks, seluruh indikator perdagangan juga lesu. Misalnya nilai transaksi harian turun menjadi Rp7,96 triliun, jauh di bawah rata-rata tahun berjalan yang mencapai Rp13,16 triliun.

Kemudian, volume transaksi tercatat 17 miliar saham, sementara frekuensi hanya 854 ribu kali, serta investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp465,75 miliar pada hari itu, dan total net sell sepanjang 2025 telah mencapai Rp55,99 triliun.

Saham-saham teknologi menjadi bintang dalam sektorial indeks. IDX Technology tercatat naik 62,51% YTD, menjadikannya sektor dengan kinerja terbaik. Saham seperti GOTO dan MBMA juga mendominasi transaksi terbanyak dalam hal volume dan frekuensi.

Di sisi lain, sektor perbankan dan consumer cyclicals justru mengalami tekanan. Saham-saham unggulan seperti BBRI, BBCA, hingga AMRT menunjukkan tren penurunan. Bahkan, Indeks LQ45 yang mewakili saham-saham berkapitalisasi besar telah terkoreksi 7,64% sejak awal tahun, mencerminkan tekanan di saham-saham berkapitalisasi besar.

Meski jumlah investor melonjak signifikan, dampaknya belum cukup kuat untuk menopang kinerja pasar secara keseluruhan. 

Para analis menilai, euforia partisipasi belum diikuti oleh kualitas transaksi atau kepercayaan investor terhadap kondisi makroekonomi dan arah pasar. Arus keluar dana asing (capital outflow) yang terus berlanjut pun menjadi tekanan tambahan.

Dibandingkan dengan bursa regional, IHSG tertinggal cukup jauh. Per 4 Juli 2025, indeks saham Vietnam mencatat kenaikan 9,09% YTD, sementara India menguat 6,77%. Sementara itu, IHSG justru masih tertahan di zona merah.

Topik:

bei ihsg investor-pasar-modal