Utang Proyek Whoosh jadi Bom Waktu, DPR Tekan KAI Tuntaskan dengan Danantara

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 22 Agustus 2025 13:11 WIB
Kereta Cepat Whoosh (Foto: Ist)
Kereta Cepat Whoosh (Foto: Ist)

Jakarta, MI - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menghadapi desakan untuk segera mencari solusi atas kondisi keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang kini terbebani utang besar.

Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, menegaskan persoalan KCIC bukan sekadar tantangan biasa, melainkan ancaman serius yang dapat berdampak pada kesehatan keuangan perseroan.

“Terutama kami dalami juga masalah KCIC seperti yang disampaikan tadi memang ini bom waktu,” kata Bobby dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR, Rabu (20/8/2025).

Pernyataan Bobby kemudian ditanggapi oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR dari Fraksi Gerindra, Andre Rosiade. Ia menekankan bahwa KAI harus segera menjalin koordinasi dengan Danantara guna mencari solusi penyelesaian utang KCIC.

“Sebentar Pak Bobby, kami ingin sampaikan, dalam RKAP 2025 Danantara itu sudah ada solusi untuk penyelesaian KCIC. Saya minta Pak Bobby koordinasi, kan setiap bulan KAI pasti diundang oleh Danantara untuk evaluasi kinerja, nah di situ tolong dibicarakan dengan managing director,” tutur Andre.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP, Adisatrya Suryo Sulisto, menekankan pentingnya percepatan restrukturisasi utang.

Ia mengingatkan, apabila persoalan keuangan proyek kereta cepat dibiarkan berlarut, hal itu berpotensi semakin membebani dan mengikis kondisi finansial KAI.

“Waktu kami melakukan FGD dengan Danantara sudah disampaikan salah satu opsi adalah untuk mengeluarkan aset [Whoosh] ini menjadi aset negara. Opsinya memang dua-duanya tidak enak, kalau kita lihat dari kacamata negara, dua-duanya beban. Tetap di KAI beban, diambil negara juga beban,” kata Adisatrya.

Biaya Proyek Membengkak

Proyek kereta cepat Whoosh dijalankan PT KCIC melalui konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), di mana 60% sahamnya dikuasai oleh perusahaan pelat merah.

Empat BUMN terlibat di dalamnya yaitu PT KAI, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (PTPN).

Catatan terbaru menunjukkan, total biaya investasi Whoosh telah mencapai 7,2 miliar dolar AS, membengkak 1,2 miliar dolar AS dari target awal sebesar 6 miliar dolar AS.

Dari tambahan biaya itu, 60% atau sekitar 720 juta dolar AS ditanggung konsorsium Indonesia, sementara sisanya 40% atau 480 juta dolar AS ditanggung konsorsium China.

Tekanan pada Keuangan KAI

Sebagai pemilik 58,53% saham PSBI, dampak finansial proyek Whoosh tercermin dalam laporan keuangan PT KAI hingga akhir 2024.

Beban keuangan perusahaan tercatat sebesar Rp2,56 triliun, melonjak 70,30% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,5 triliun.

Porsi terbesar berasal dari kredit investasi yang mencapai Rp1,53 triliun sepanjang 2024. Angka ini naik signifikan dibanding Rp755,16 miliar pada 2023. Situasi ini membuat beban utang proyek Whoosh semakin nyata dirasakan KAI.

Topik:

dpr pt-kereta-api-indonesia kai whoosh danantara utang