Sepatu Legendaris Pamit: Jejak Panjang BATA dari Era Kolonial hingga Tutup Produksi


Jakarta, MI - Nama sepatu Bata kembali menjadi perbincangan setelah perusahaan tersebut memutuskan untuk menghentikan produksi alas kaki di Indonesia. Keputusan ini sontak memunculkan rasa nostalgia bagi banyak orang yang tumbuh dengan sepatu legendaris itu.
Mengutip berbagai sumber, Jumat (10/10/2025), Bata memiliki sejarah panjang di Tanah Air. Jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1931, merek sepatu asal Cekoslowakia ini sudah dikenal luas di kalangan masyarakat.
Kala itu, Bata bekerja sama dengan NV Netherlandsch-Indisch sebagai importir sepatu yang berbasis di Tanjung Priok, Jakarta. Enam tahun kemudian, pendirinya, Tomas Bata, mendirikan pabrik sepatu di kawasan perkebunan karet Kalibata, Jakarta Selatan.
Produksi sepatu dimulai pada 1940. Kemudian pada 24 Maret 1982, PT Sepatu Bata, Tbk (BATA) resmi terdaftar di Jakarta Stock Exchange (BEI). Pada 1994, pembangunan pabrik Sepatu di Purwakarta selesai.
Sebagai salah satu produsen terbesar di Indonesia, Bata memiliki spesialisasi yang berfokus pada produksi sepatu injeksi untuk pasar lokal maupun internasional. Selain itu, perusahaan telah membuka 435 toko ritel di seluruh Indonesia, termasuk Family and City Stores.
Setelah cukup lama berada di puncak ketenaran, kejayaan Bata mulai pudar seiring berjalannya waktu. Pada 30 April 2024, Bata resmi menutup pabriknya di Purwakarta. Kala itu Bata menderita kerugian pada kuartal III-2023 yang mencapai Rp80,65 miliar. Angka ini naik jika dibandingkan pada periode yang sama pada 2022 yakni sebesar Rp20,43 miliar.
Belum lama ini, Bata resmi menghentikan kegiatan usaha di bidang produksi alas kaki untuk kebutuhan sehari-hari. Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 25 September 2025.
Berdasarkan ringkasan risalah RUPSLB yang dipublikasikan, para pemegang saham menyetujui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, yang salah satu poinnya adalah menghapus kegiatan usaha industri alas kaki dari lini bisnis perusahaan.
"Menyetujui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan untuk menghapus kegiatan usaha industri alat kaki untuk kebutuhan sehari-hari,” tulis ringkasan risalah RUPSLB.
Sebagai tindak lanjut, RUPSLB juga menyetujui penyusunan ulang seluruh ketentuan dalam Anggaran Dasar Perseroan sebagai tindak lanjut dari perubahan tersebut.
Keputusan Bata untuk menghentikan produksi dilakukan di tengah kondisi keuangan perusahaan yang masih mencatatkan kerugian. Berdasarkan laporan keuangan semester I/2025, BATA mencatat rugi bersih sebesar Rp40,62 miliar.
Meski kerugian tersebut menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp127,43 miliar, namun penjualan bersih perusahaan turut mengalami penurunan signifikan hingga 38,74 persen, dari Rp260,29 miliar menjadi Rp159,43 miliar.
Dari sisi neraca, total aset perusahaan per Juni 2025 tercatat sebesar Rp377,98 miliar, lebih rendah dibandingkan posisi akhir Desember 2024 sebesar Rp405,66 miliar. Sementara total liabilitas mencapai Rp434,53 miliar, dan ekuitas menjadi Rp56,54 miliar.
Topik:
sepatu-bata pt-sepatu-bata produksi-alas-kaki