Rusia Rencanakan Referendum di Kherson

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 25 April 2022 09:59 WIB
Jakarta, MI - Rusia sedang merencanakan "referendum bertahap" di kota selatan Kherson yang bertujuan untuk membenarkan pendudukannya, menurut laporan terbaru Kementerian Pertahanan Inggris. Dikatakan bahwa kota itu adalah kunci tujuan Rusia untuk membangun jembatan darat ke semenanjung Krimea. Semenanjung itu dianeksasi oleh Rusia pada 2014 dan menjadi wilayah strategis yang mendominasi Ukraina selatan. Kementerian itu menambahkan bahwa Rusia menggunakan taktik tersebut untuk membenarkan perebutan Krimea secara retrospektif seperti dikutip BBC.com, Senin (25/4). Kherson adalah satu-satunya kota besar yang berhasil direbut Rusia sejak invasi pada akhir Februari. Tetapi beberapa daerah sekitarnya sejak itu telah direbut kembali oleh pasukan Ukraina dan pertempuran di wilayah itu terus berlanjut. Konfirmasi dari Kementerian Pertahanan Inggris itu membenarkan tudingan sebelumnya dari Ukraina yang menyebut Rusia tengah merencanakan referendum kemerdekaan di Kherson. "Penjajah [Rusia] menyiapkan referendum pembentukan Republik Rakyat Kherson," ujar Wakil Dewan Kota Kherson, Serhiy Khlan pada Maret lalu. Menurutnya, Rusia sudah mulai mengajak pejabat-pejabat di Kherson untuk "bekerja sama". "Saya tegas menolak bekerja sama dengan mereka. Pembentukan Republik Rakyat Kherson akan mengubah kawasan kami menjadi wilayah yang tak punya harapan dan masa depan, katanya. Dia pun menyerukan agar pejabat-pejabat lainnya juga tak termakan omongan Rusia. Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak Rusia mengenai rencana referendum ini. Jika benar, ini sudah ketiga kalinya Rusia dikaitkan dengan referendum kemerdekaan di wilayah Ukraina. Pada 16 Maret 2014 lalu, Krimea juga menggelar referendum kemerdekaan. Di akhir referendum, 90 persen suara yang terkumpul menyatakan ingin bergabung dengan Rusia. Sementara itu, Kyiv mengusulkan diadakannya putaran khusus negosiasi damai dengan Rusia di bawah bayang-bayang pengepungan pabrik baja Azovstal di Mariupol oleh pasukan Rusia. Penasihat presiden Ukraina, Oleksiy Arestovych menyarankan pembicaraan dapat bertujuan untuk menetapkan gencatan senjata dan menentukan nasib warga sipil dan pejuang yang terperangkap di kota pelabuhan selatan itu. Selama berminggu-minggu sekelompok kecil pembela Ukraina berkemah di pabrik baja Mariupol telah mencegah pasukan Rusia mengambil kendali penuh atas pelabuhan strategis itu. Upaya untuk mengevakuasi warga sipil dar Mariupol yang hancur melalui koridor kemanusiaan kembali gagal, kata Wakil Perdana Menteri Iryna Vereschuk. Sebelumnya, dia menuduh Rusia merencanakan membawa warga ke wilayahnya, namun Kremlin tidak berkomentar. Rusia dilaporkan melanjutkan serangan terhadap pabrik baja tersebut.

Topik:

Rusia Ukraina