Uganda dan Kongo Perpanjang Operasi Militer Bersama di Kongo Timur

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 3 Juni 2022 16:00 WIB
Jakarta, MI - Uganda dan Republik Demokratik Kongo memperpanjang operasi militer gabungan yang diluncurkan akhir tahun lalu terhadap gerilyawan Islam di Kongo timur, kata juru bicara operasi itu. Uganda mengirim setidaknya 1.700 tentara ke tetangganya di Afrika tengah pada bulan Desember untuk membantu memerangi kelompok pemberontak yang dikenal sebagai Pasukan Demokrat Sekutu (ADF), intervensi asing terbesar di Kongo dalam lebih dari satu dekade selain dari operasi penjaga perdamaian PBB. Awalnya dimaksudkan untuk enam bulan terakhir, Operasi Shujaa diperpanjang pada hari Rabu meskipun pengumuman sebelumnya oleh militer Uganda bahwa mereka akan menarik pasukan ketika misi berakhir kecuali diinstruksikan sebaliknya. Juru bicara Shujaa Kolonel Mak Hazukay mengatakan kepada Reuters bahwa tentara Kongo dan Uganda menandatangani dokumen pada 1 Juni untuk memperpanjang operasi militer gabungan mereka ke fase ketiga karena ancaman itu tidak "diberantas". Durasi perpanjangan operasi militer ini belum ditentukan dan jumlah pasukan yang dikerahkan adalah informasi rahasia, tambahnya. ADF dimulai sebagai pemberontakan di Uganda tetapi telah berbasis di Kongo sejak akhir 1990-an. Mereka berjanji setia kepada ISIS pada tahun 2019 dan telah dituduh membunuh ratusan penduduk desa dalam penggerebekan yang sering dilakukan selama dua tahun terakhir. Uganda menyalahkan kelompok itu atas tiga bom bunuh diri di ibu kota Kampala pada 16 November, yang menewaskan tujuh orang, termasuk para pengebom. Negara Islam mengklaim bertanggung jawab atas serangan di sebuah desa di provinsi Kivu Utara pada hari Minggu yang menewaskan sedikitnya 15 warga sipil. ADF termasuk di antara beberapa milisi yang memperebutkan tanah dan sumber daya di timur Kongo yang kaya mineral selama dekade terakhir, konflik yang telah merenggut ribuan nyawa dan membuat jutaan orang mengungsi.

Topik:

Afrika Kongo Uganda