Untuk Pertama Kali Dua Korea Saling Tembakkan Rudal, Penduduk Terpaksa Diungsikan

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 2 November 2022 11:33 WIB
Jakarta, MI - Sebuah rudal Korea Utara mendarat di dekat perairan Korea Selatan untuk pertama kalinya sehingga membuat militer negara itu membalasnya dengan menembakkan rudal udara-ke-daratnya setelah penduduk di sebuah pulau bagian timur diperintahkan untuk mengungsi. Rudal Korea Utara, salah satu dari setidaknya 10 yang ditembakkan pada Rabu pagi, terdeteksi oleh militer Korea Selatan dan penjaga pantai Jepang. Rudal itu mendarat kurang dari 60 km (37 mil) di lepas pantai Korea Selatan. Beberapa jam kemudian Korea Selatan mengatakan telah menembakkan tiga rudal udara-ke-darat ke arah utara perbatasan maritim kedua negara. Eskalasi terbaru dalam ketegangan di semenanjung yang terbagi itu terjadi setelah Pyongyang menuntut Amerika Serikat dan Korea Selatan menghentikan latihan militer skala besar yang sedang berlangsung dengan mengatakan "provokasi militer seperti itu tidak dapat lagi ditoleransi". Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) menyatakan salah satu rudal Korea Utara mendarat 26 km (16 mil) arah selatan Garis Batas Utara (NLL) yang berfungsi sebagai perbatasan laut tidak resmi antara kedua Korea. Perbatasan itu ditetapkan sejak Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953. Peluncuran rudal itu "sangat tidak biasa dan sama sekali tidak dapat diterima", menurut JCS sembari menambahkan bahwa mereka akan merespons "dengan tegas". Rudal itu adalah salah satu dari sejumlah rudal jarak pendek yang diluncurkan dari daerah sekitar Wonsan di pantai timur Korea Utara sekitar pukul 8.51 pagi (23:51 GMT), menurut JCS. Disebutkan bahwa peringatan serangan udara untuk pulau Ulleung dikeluarkan segera setelah peluncuran tersebut. Rudal itu mendarat 57km (35 mil) dari kota Sokcho di Korea Selatan bagian pantai timur dan 167 km (104 mil) dari Ulleung. Peringatan serangan udara untuk Ulleung kemudian disiarkan di televisi nasional. Terkait kejadian itu, Presiden Yoon Suk-yeol mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional (NSC) dan mengutuk peluncuran yang "belum pernah terjadi sebelumnya" itu. Peluncuran rudal itu dilakukan di tengah masa berkabung nasional untuk 156 orang yang tewas dalam kerumunan massa Itaewon pada akhir pekan. "Mengirim rudal ke selatan batas NLL "sama saja dengan penyusupan teritorial", katanya dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan NSC seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (2/11). Korea utara telah melakukan sejumlah uji coba senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun ini. Sekarang lebih dari dua kali lipat rekor peluncuran dibandingkan dengan tahun 2019 dan ada harapan akan segera melanjutkan uji coba nuklirnya. Sedangkan Jepang menyatakan telah mendeteksi dua rudal balistik yang diduga diluncurkan dari Utara, satu terbang ke timur dan satu lagi ke tenggara.