Tak Cukup Hanya Bantuan Senjata, Uni Eropa Latih 15.000 Tentara Ukraina

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 16 November 2022 07:34 WIB
Jakarta, MI - Uni Eropa akan memberikan pelatihan militer kepada 15.000 tentara Ukraina setelah lebih dari delapan bulan Rusia menginvasi negara itu. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan kepada wartawan di Brussel kemarin bahwa misi itu merupakan tanggapan langsung terhadap permintaan Ukraina. Pihak Uni Eropa menyatakan bahwa "hingga 15.000 tentara Ukraina akan dilatih dengan disebar di berbagai negara Eropa sebagai bagian dari misi tersebut. “Latihan militer ini akan menjadi upaya besar untuk memperbaharui, meningkatkan dan memperbesar kapasitas tentara Ukraina,” kata Borrell sembari menambahkan bahwa latihan itu akan beroperasi dalam waktu kurang dari tiga bulan. Misi tersebut akan dipimpin oleh Wakil Laksamana Prancis Hervé Bléjean. Para menteri pertahanan Uni Eropa juga setuju untuk mengalokasikan dana senilai 16 juta euro (US$16,5 juta) dari anggaran Fasilitas Perdamaian Eropa (EPF). EPF merupakan sebuah instrumen keuangan Uni Eropa untuk mencegah konflik dan membangun perdamaian. Kepala NATO Jens Stoltenberg menyambut baik keputusan Uni Eropa untuk membentuk misi pelatihan bagi angkatan bersenjata Ukraina tersebut dan mengatakan kepada wartawan di Brussel bahwa langkah itu akan melengkapi apa yang sudah dilakukan negara-negara NATO. “Penting bagi kami untuk memberikan lebih banyak pelatihan karena Ukraina sedang melakukan pertempuran berdarah yang sangat menantang,” katanya kepada wartawan pada pertemuan para menteri pertahanan Uni Eropa di Brussels seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (16/11). Harry Nedelcu, direktur geopolitik di Rasmussen Global yang memimpin Layanan Penasihat Ukraina, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa meskipun pada pandangan pertama orang mungkin menunjukkan bahwa pelatihan militer ini tidak masuk akal karena Ukraina memiliki tentara yang tangguh, namun UE tidak akan pernah mengabaikan dukungannya. “UE akan secara khusus fokus pada pelatihan rekrutan baru dan membebaskan Ukraina dari keharusan melatih mereka di tengah perang yang sedang berlangsung dan memfokuskan sumber dayanya di garis depan,” katanya. Tetapi penting juga untuk dicatat bahwa misi pelatihan militer itu sebenarnya datang dengan latar belakang beberapa negara anggota UE seperti Prancis dan Jerman yang berpikir pengiriman senjata saja tidak cukup. "Inilah yang mungkin lebih dibutuhkan Ukraina saat ini,”katanya. Prancis maupun Jerman telah berulang kali dikritik oleh Ukraina karena tidak mengirimkan senjata yang cukup. Nedelcu mengatakan misi bantuan pelatihan militer UE dengan Prancis dan Jerman memainkan peran kunci sekaligus menjadi cara untuk menebus kritik itu. Berbicara kepada wartawan di Brussel sebelum pertemuan menteri pertahanan Uni Eropa, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan bahwa “hingga 5.000 tentara Ukraina akan dilatih di Jerman hingga Juni 2023 dan pusat perbaikan senjata akan didirikan di Slovakia.” Saat perang berlanjut setelah rudal Rusia terus menghantam kota-kota utama Ukraina, kepala kebijakan luar negeri UE Borrell juga menyoroti bahwa meskipun UE akan terus memasok senjata ke Ukraina, penting juga bagi blok tersebut untuk memikirkan stok senjata dan kemampuan pertahanannya sendiri. “Tentara Eropa harus berbagi, mereka harus dapat dioperasikan, mereka harus bekerja sama sebanyak mungkin untuk mengisi kembali persediaan mereka,” katanya kepada wartawan.