Presiden Tunisia Pecat Perdana Menteri Najla Bouden

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 2 Agustus 2023 22:08 WIB
Jakarta, MI - Presiden Tunisia Kais Saied memecat Perdana Menteri Najla Bouden. Ia kemudian menunjuk mantan pejabat di Bank Sentral, Ahmed Hachani, sebagai penggantinya. Dilansir dari Middle East Monitor, Rabu (2/8), tidak ada alasan yang diberikan atas keputusan Saied tersebut, tetapi media lokal menyoroti ketidakpuasan Saied terhadap kekurangan komoditas di pasar lokal, khususnya kekurangan roti di toko roti yang disubsidi negara. Menurut klip video dan pernyataan yang dikeluarkan oleh kepresidenan, Saied memutuskan untuk "mengakhiri tugas Najla Bouden," yang merupakan wanita pertama yang memimpin pemerintahan di Tunisia. Ahmed Hachani bekerja untuk Bank Sentral Tunisia dan belajar di Fakultas Hukum di Universitas Tunis, tempat Saied mengajar, menurut postingan perdana menteri baru di halaman Facebook-nya. Perdana menteri baru itu langsung dilantik di hadapan Saied. Setelah mengambil sumpah, Saied berharap Hachani "sukses dalam tanggung jawab yang akan dipikulnya dalam keadaan khusus ini." Saied mengatakan bahwa ada "tantangan besar yang harus kita hadapi dengan tekad dan kemauan yang kuat untuk menjaga tanah air kita, negara kita, dan perdamaian sipil." Media melaporkan bahwa Saied baru-baru ini mengatakan bahwa "roti adalah garis merah untuk Tunisia," dan bahwa dia takut terulangnya insiden roti yang merenggut nyawa 150 orang pada tahun 1984 pada masa pemerintahan Habib Bourguiba. Saied menunjuk Boden pada 11 Oktober 2021, dua bulan setelah dia memonopoli semua kekuasaan dan mulai memerintah negara dengan keputusan.
Berita Terkait