Permasalahan Truk ODOL, Pengamat Transportasi Nilai Seperti Lingkaran Setan

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 22 Februari 2022 18:45 WIB
Monitorindonesia.com- Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menilai, permasalahan Truk ODOL (Over Dimension Over Loading) di Indonesia seperti 'lingkaran setan' yang cukup sulit diselesaikan jika tidak ada kerja sama yang maksimal dari berbagai pihak. Menurutnya, keberadaan truk ODOL tak hanya bikin jalanan rusak, tapi juga jadi salah satu penyebab utama beberapa kecelakaan di jalan raya. "Pertama, akar masalah truk ODOL adalah tarif angkut barang terlalu rendah, karena pemilik barang tidak mau keuntungan selama ini berkurang (padahal biaya produksi meningkat)," kata Djoko kepada wartawan, Selasa (22/2/2022). Di sisi lain, pemilik armada truk (pengusaha angkutan) juga tidak mau berkurang keuntungannya. Hal yang sama, pengemudi truk tidak mau berkurang pendapatannya," sambungnya. Akibat hal itu, truk kelebihan muatan (over load) dengan menggunakan kendaraan dimensi lebih (over dimension) pun akhirnya bermunculan. Sementara itu, di sisi lain pengemudi truk dituntut menutupi biaya tidak terduga selama di lapangan. Contohnya pengemudi truk atau kendaraan logistik secara umum, biasanya harus mengeluarkan biaya untuk stiker koordinasi perjalanan. Tujuannya agar perjalanan mereka tidak diganggu. Stiker koordinasi ini biasanya ditawarkan oleh para oknum dengan dalih memberi backing kepada pengemudi kendaraan logistik. "(Misalnya) setiap stiker (biayanya) Rp 50 ribu per bulan. (Maka kalau ada) 10 stiker (berarti pengemudi truk harus keluar) Rp 500 ribu per bulan," kata Djoko. "Akhirnya, sekarang profesi pengemudi truk tak memikat bagi kebanyakan orang, semakin sulit mendapatkan pengemudi truk berkualitas. Tekanan paling besar ada pada pengemudi truk karena mereka yang berhadapan langsung dengan kondisi nyata di lapangan," terang Djoko yang juga bekerja sebagai dosen Teknik Sipil di Universitas Katolik Soegijapranata Menurut Djoko, populasi pengemudi truk kian makin berkurang. Kalaupun masih ada yang bertahan sebagai pengemudi truk, disebabkan belum punya alternatif pekerjaan yang lain. Ke depan, Indonesia akan banyak kehilangan pengemudi truk yang profesional. "Jadikanlah pengemudi truk mitra, bukan selalu dijadikan tersangka. Tingkatkan kompetensinya dan naikkan pendapatannya," pungkasnya. (Aswan)

Topik:

Truk Odol
Berita Terkait