Densus 88 Akan Berupaya Bersikap Humanis Saat Tangkap Terduga Teroris

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 22 Maret 2022 01:46 WIB
Monitorindonesia.com- Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-teror Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Irjen Polisi Marthinus Hukom mengungkapkan, pihaknya akan berupaya bersikap humanis saat menangkap terduga teroris. Hal tersebut menurut dia, dapat meminimalisir kejadian saat penangkapan terduga teroris tewas ditempat. ''Kalau rekan-rekan lihat pendekatan sekarang kami mencoba untuk meminimalisir kejadian akses dari penangkapan yaitu matinya tersangka," kata Marthinus usai rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi III di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/3/2022). Marthinus menambahkan, bahwa salah satu upaya menghindari proses penangkapan yang mengakibatkan terduga teroris tewas yaitu saat mereka sedang berada di luar basis terkuat. Yakni, kediaman terduga teroris. ''Rumah itu adalah basis pertahanan paling kuat bagi mereka,'' ungkapnya. Selain itu, Marthinus juga mengatakan sejumlah penangkapan di rumah terduga teroris yang berujung tewasnya mereka. Salah satunya, Dr. Azhari bin Husin. Dia menyampaikan otak pengeboman konsulat Filipina itu melawan saat ditangkap di rumahnya. Aktor bom Bursa Efek Jakarta itu pun menggunakan 12 bom melawan petugas. ''Dia membalas dengan bom, 12 bom dia lemparkan ke arah kita, itu basis pertahanan,'' katanya. Hal serupa juga dialami Densus 88 saat menangkap Timur Nasir Abbas. Saat ditangkap, eks Ketua Jemaah Islamiah (JI) meminta ditembak. ''Ketika saya menangkap dia, permintaan dia sambil berantem permintaan dia adalah matikan saya saja, tembak saja,'' ujar Marthinus. Dia pun menegaskan Densus 88 berupaya menangkap di luar basis terkuat terduga teroris. Hal itu dilakukan untuk menghindari tewasnya terduga teroris karena melakukan perlawanan. ''Kita cari posisi lemah sehingga ekses dari penangkapan yang mematikan tersangka itu tidak terulang,'' kata dia. Upaya tersebut terlihat pada 2021. Jumlah terduga teroris yang tewas saat proses penangkapan sangat kecil. ''Kita menangkap 370 orang pada 2021 yang mati sangat minim sekali, yang mati itu terjadi kontak tembak di Poso karena mereka sama-sama memiliki senjata tidak ada pilihan lain kecuali kita terjadi kontak tembak,'' pungkasnya. (Aswan)

Topik:

Teroris