Keliru Identifikasi Pengeroyok Ade Armando, Polisi Jelaskan Cara Kerja Face Recognition

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 15 April 2022 19:39 WIB
Jakarta, MI - Seorang warga Lampung sempat diduga sebagai pengeroyok Ade Armando di depan Gedung DPR saat demo 11 April lalu. Wajah dan alamatnya langsung tersebar dan viral di media sosial. Belakangan pria itu memberi klarifikasi. Dia tegaskan tidak pernah ikut pengeroyokan. Saat demo 11 April dia ada di Lampung. Diketahui, kondisi tersebut karena ada kekeliruan saat proses identifikasi pelaku. Termasuk saat penelusuran identitas pelaku lewat Face Recognition. Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo menjelaskan cara kerja Face Recognition dalam mengungkap data seseorang. Menurutnya, cara kerja alat itu dengan memotret tampilan wajah seseorang yang nantinya akan muncul sebuah data seseorang. Data yang kemudian ditampilkan mengacu pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) elektornik yang sudah terhubung dengan Dinas Kependudukan Catatan Sipil (Disdukcapil). "Ya hanya motret saja sesuai data e-KTP kan ada 9 titik wajah. Kalau 8 cocok, berarti 95 persen cocok," kata Dedi kepada wartawan, Jum'at (15/4). Proses Face Recognition, katanya, akan menjadi sulit ketika seseorang tidak melakukan perekaman e-KTP. Sebab, hanya pada e-KTP lah ada proses perekaman wajah seseorang. "Ya datanya sesuai e-KTP, kalau enggak punya e-KTP angel-angel (susah-susah)," ujarnya. Ditambahkan Komisioner Komisi Polisi Nasional (Kompolnas) Poengki Indarti, proses Face Recognition biasanya dimulai dengan meletakkan foto seseorang di depan alat Face Recognition. Dilanjutkan mengidentifikasi data seseorang. "Pakai foto, terus ditaruh di depan alatnya untuk identifikasi. Jika fotonya jelas, pasti akan bisa terindentifikasi dan tersambung dengan data yang bersangkutan yang terekam di Dukcapil," jelas Poengki. Kendati demikian, dia menilai alat tersebut tidak tepat jika dipakai untuk melakukan identifikasi. Sebab hasilnya bisa menjadi tidak akurat jika foto atau objek yang dipakai tidak jelas. "Bukan alatnya yang belum tepat, tapi fotonya yang diupayakan jelas agar bisa diidentifikasi oleh alatnya. Kayak di film-film itu lho, ada foto pelaku terus dipindai dengan alat, dan alatnya bisa melacak identitasnya," ungkapnya. "Posisi berdiri menghadap alat tersebut juga menentukan, karena alat akan merekam struktur wajah kita," sambungnya. Secara terpisah, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengungkapkan, kesalahan dalam mengidentifikasi dengan menggunakan Face Recognition karena orang tersebut menggunakan benda tambahan dalam tubuhnya. "Kesalahan bisa saja semisal karena dia pakai topi, jadi tertutup itu," tutup Zulpan. Sebelumnya, foto Try Budi Purwanto viral di media sosial berserta alamat tempat tinggalnya. Viralnya foto tersebut berawal terjadinya pengeroyokan terhadap Ade Armando saat unjuk aksi rasa yang terjadi di DPR/MPR, Jakarta. Diketahui, Polisi salah mengidentifikasi seorang terduga pelaku pengeroyokan terhadap pegiat media sosial, Ade Armando. Sosok Abdul Manaf yang diumumkan dalam proses pencarian beberapa waktu lalu dipastikan tidak terlibat dalam penganiayaan itu. Sebelumnya, Polda Metro Jaya menyebut Abdul Manaf merupakan satu di antara enam pelaku pemukulan dan pengeroyokan terhadap Ade Armando, selain M Bagja, Komar, Dhia Ul Haq, Ade Purnama, dan Abdul Latip. Namun faktanya, Abdul Manaf bukanlah pelaku. "Setelah kita lakukan pencocokan pemeriksaan awal ternyata Abdul Manaf itu tidak terlibat," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Endra Zulpan kepada wartawan, Rabu (13/4) malam. (La Aswan)
Berita Terkait