Polisi Menyoal Isu Rektor Dimintai Bikin Video Puji Jokowi

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 7 Februari 2024 09:31 WIB
Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar (Foto: Istimewa)
Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol. Irwan Anwar buka suara soal dugaan polisi yang menghubungi Rektor Unika Soegijapranata Ferdinandus Hindarto untuk membuat testimoni video mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi. 

Irwan mengakui pihaknya meminta para tokoh-tokoh yang ada di Semarang, Jawa Tengah, termasuk Hindarto untuk membuat video. Namun, Irwan menyebutkan bahwa video yang diminta dari para tokoh tersebut sebetulnya untuk menyerukan Pemilu Damai.

“Kami, selaku penanggung jawab harkamtibmas [pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat] di Kota Semarang, tentu memiliki kewajiban untuk menciptakan situasi yang kondusif, terutama dalam rangka pelaksanaan Pemilu 2024,” kata Irwan dikutip pada Rabu (7/2).

“Ide dari sistem pendinginan ini termasuk mengajak tokoh-tokoh masyarakat, pemuda, agama, serta civitas academika untuk memberikan dukungan terhadap terlaksananya pemilu damai,” sambung Irwan.

Tak Ada Paksaan

Menurutnya, para tokoh tidak diminta untuk membahas kinerja Presiden Jokowi selama ini. Apalagi, soal dukungan terhadap salah satu pasangan calon.

“Tidak ada unsur politik atau pujian terhadap Jokowi. Saya tegaskan bahwa ajakan ini bertujuan untuk mendukung terciptanya pemilu yang damai. Tidak ada paksaan terhadap siapa pun yang kami ajak, kami hanya menghubungi mereka yang kami anggap layak memberikan testimoni atau pesan keamanan dan ketertiban masyarakat di Kota Semarang,” ungkapnya.

“Sebelum kami melakukan wawancara dan testimoni, kami sudah menyampaikan bahwa hasilnya akan dipublikasikan. Karena, tujuan kami adalah agar pesan dari para tokoh ini dapat sampai kepada masyarakat luas,” imbuh Irwan.

Hal serupa juga terungkap oleh Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Stefanus Satake Bayu. Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya sistem pendinginan. Yakni, agar para tokoh, termasuk rektor universitas, ikut berperan dalam menjaga kondusivitas.

“Jadi, tujuan dari kegiatan ini adalah dalam rangka pemilu. Yaitu melaksanakan sistem pendinginan kepada beberapa tokoh, baik dari kalangan agama, masyarakat, maupun orang-orang yang memiliki kompetensi. Untuk membantu menjaga situasi kamtibmas agar pemilu dapat berjalan dengan aman, lancar, dan tertib,” ungkapnya.

“Oleh karena itu, kami mengimbau kepada para tokoh masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat sebagai bagian dari edukasi. Sehingga, pelaksanaan pemilu dapat berjalan lancar sambil menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” sambung Satake.

Diberitakan, Rektor Universitas Katolik Soegijapranata (Unika), Ferdinandus Hindiarto, menyebut memang benar ada pihak yang memintanya untuk membuat video pernyataan bermuatan konten pujian dan dukungan terhadap kinerja Presiden RI Joko Widodo.

Menariknya, pihak yang ia tak sebutkan namanya itu mengaku berasal dari Polrestabes Semarang.

Dalam konferensi pers yang berlangsung di Kampus Unika pada Selasa, 6 Februari 2024, Hindiarto menyebut orang tersebut tak hanya meminta sekali. Namun, berkali-kali membujuknya agar mau mengirimkan video pujian terhadap Jokowi.

“Terkait dengan orang yang menghubungi saya, yang meminta untuk membuat pernyataan, sampai tadi jam 11 masih WA dengan saya, saya katakan ‘Mas, saya menghormati panjenengan dalam menjalankan tugas, saya tahu betul itu, tetapi tolong juga hormati saya, karena saya juga punya pilihan untuk mengambil sikap’. Kira-kira begitu, kata-kata terkahir saya tadi, ‘Gusti mberkahi panjenengan sak keluarga dan saya’,” ungkap Hindiarto.

Ia mengaku bahwa orang tersebut menghubunginya sejak Jumat, 2 Februari 2024 lalu. Meskipun ia sudah menolak, namun oknum tersebut malah mengirimkan contoh video deklarasi akademisi dari berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Jendral Soedirman (Unsoed), Universitas Diponegoro (Undip), dan perguruan tinggi swasta (PTS) lainnya di Jawa Tengah pada hari Sabtu, 3 Februari 2024.

“Dan tadi pagi beliau mengatakan, ‘Pak, mbok kasihan dengan saya’. Maka saya katakan, ‘saya tahu panjenengan menjalan tugas, tetapi saya juga memgatakan tolong hormati pilihan kami’. Lalu tawaran terakhir adalah tidak dalam bentuk video, tetapi pernyataan dan diberi contoh juga oleh salah satu rektor di Semarang. Ya saya tetap katakan tidak, karena kami memilih sikap itu,” tegasnya kepada wartawan yang hadir.

Berdasarkan pengakuannya, jika pihak Unika mengirimkan video tersebut, maka pernyataan itu akan dikirimkan kepada Kapolda Jateng. Hindiarto pun membeberkan secara rinci apa yang oknum tersebut minta.

“Nomor satu, mengapresiasi prestasi Pak Jokowi selama 9 tahun terakhir. Kedua, bahwa Pemilu tahun 2024 itu kan intinya mencari penerusnya Pak Jokowi. Jadi yang disampaikan lewat chat juga sama seperti muncul di video teman-teman rektor,” akunya.

Kendati ada beberapa kampus di Kota Semarang dan Jawa Tengah yang memutuskan untuk mengirim pernyataan apresiasi kinerja Jokowi, Hendarto tetap menghormati keputusan itu.

“Saya menghormati rektor lain dengan pilihannya. Beberapa rektor, baik negeri maupun swasta, memenuhi permintaan untuk membuat video pernyataan, saya menghormati itu karena itu sebuah pilihan. Namun kita harus saling menghormati, karena kami juga sudah mengambil sebuah sikap, itu bagi saya adalah hakikat demokrasi,” paparnya.

Adapun sikap yang ia ambil, lanjut Herdanto, tak semata-mata mengikuti apa yang perguruan tinggi lainnya lakukan. Melainkan tak lepas dari Unika yang menjunjung nilai luhur dan kebenaran sebagai perguruan tinggi katolik

“SCU (Unika) itu sebuah universitas katolik yang tunduk pada sebuah konstitusi dari Vatikan, semua Unika di dunia, jadi Soegijapranata tidak hanya di Indonesia. Ketika kami kemarin membuat pernyataan bersama 26 Perguruan Tinggi Katolik se-Indonesia, itu dasar kami kebenaran. Kebenaran yang seperti apa? Saya harus obyektif,” tandasnya.